events
gaya-hidup
new
photo
yahudi-nasrani
Valentine’s Day: Oplosan Agama Berhala, Kristenisasi Dan Tradisi Kemesuman!
Friday, March 25, 2016
0
ustManatahan - Semua orang tahu, terutama kaula muda, tanggal 14 Februari
adalah perayaan hari Valentine (Valentine’s Day). Hari ini menjadi simbol
pencurahan kasih sayang yang dikaitkan dengan kegiatan simbolis, seperti
memberi bunga, cokelat, kencan, dan sebagainya. Sama seperti negeri asalnya,
Barat, hari Valentine diasosiasikan
dengan saling bertukar “pernyataan cinta romantis.”
Sejarah perayaan ini berawal dari perayaan Lupercalia (Feast
of Lupercalia) dalam ritual paganisme (kafir penyembah dewa) pada jaman
kerajaan Romawi. Perayaan Lupercalia adalah sebuah festival budaya Romawi Kuno
untuk membersihkan roh jahat dengan menyembah Lupercus yang diyakini sebagai
Dewa Kesuburan. Perayaan ini diadakan pada tanggal 13 sampai 15 Februari setiap
tahunnya. Pada tanggal 13-14 Februari mereka memuja Dewi Juno, ratu para dewa
dewi Romawi. Rakyat Romawi juga menyebutnya sebagai dewi pernikahan. Di hari
berikutnya, 15 Februari dimulailah perayaan ‘Feast of Lupercalia.’
Pada malam menjelang festival Lupercalia berlangsung,
nama-nama para gadis ditulis di selembar kertas lalu digulung dan dimasukkan ke
dalam botol untuk diundi (dilotre). Para pria harus mengambil satu kertas yang
berisikan nama seorang gadis yang akan menjadi teman kencannya di festival itu.
Tak jarang pasangan ini akhirnya saling jatuh cinta satu
sama lain, berpacaran selama beberapa tahun sebelum akhirnya menikah. Perayaan
dewa kesuburan pun berujung pada perayaan penuh nafsu seksual.
Festival ini diawali dengan pengorbanan dua kambing jantan
dan seekor anjing oleh Luperci (pendeta kuil Lupercus). Lalu dua Luperci muda
menuju ke altar untuk dilumuri darah persembahan di telapak tangannya. Setelah
itu mereka diharuskan tersenyum dan tertawa. Luperci menguliti dua kambing
persembahan dan membuatnya menjadi jubah, meniru Lupercus. Keduanya lalu lari
mengelilingi tembok kota Palatine menurut petunjuk dari batu yang disusun.
Gadis dan wanita muda akan berbaris di sepanjang rute tersebut untuk
mendapatkan sentuhan dari Luperci yang berlumuran darah persembahan. Ini
ditujukan untuk menjamin kesuburan, mencegah kemandulan dan kemudahan dalam
proses kelahiran.
…Kisah para Santo Valentine semuanya mati tragis, tak ada
unsur romantismenya sama sekali. Mereka semua dieksekusi mati karena
mempertahankan doktrin Ketuhanan Yesus…Berlanjut !
Sumber: Panjimas.com
Previous article
Next article
Leave Comments
Post a Comment
Anda boleh berkomentar sesuai dengan tema artikel di atas. Lain dari itu, komentar Anda tidak akan dipublikasikan. Terimakasih.