![]() |
Gambar Ilustrasi/Ist |
Surat Ali ‘Imran Ayat 102
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha ḥaqqa tuqātihī wa lā tamụtunna illā wa antum muslimụn
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.
Kandungan Menarik Mengenai Surat Ali ‘Imran Ayat 102
Paragraf di atas merupakan Surat Ali ‘Imran Ayat 102 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada berbagai kandungan menarik dari ayat ini. Didapatkan berbagai penjelasan dari para ulama terhadap isi surat Ali ‘Imran ayat 102, misalnya seperti tertera:
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasullNya dan melaksanakan syariat Nya, takutlah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya, yaitu dengan cara menaatiNya dan tidak bermaksia kepadaNya, mensyukuriNya dan tidak mengingkari nikmatnya, serta mengingat-ingatNya dan tidak melupakanNya. Dan teruslah kalian berpegang teguh dengan keislaman kalian hingga akhir hayat kalian, supaya kalian menjumpai Allah, sedang kalian dalam keadaan tersebut.
Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
102. Hai orang-orang beriman, percayalah kepada Allah dan rasul-Nya, dan takutlah kepada Allah sebenar-benarnya dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, serta tetaplah teguh dengan Islam sampai akhir hayat kalian.
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
102. Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti Rasul-Nya! takutlah kalian kepada Rabb kalian dengan sebenar-benarnya takut, yaitu dengan mengikuti perintah-perintah-Nya, menjauhi larangan-larangan-Nya dan mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Dan berpegang-teguhlah kalian pada agama kalian sampai maut menjemput ketika kalian dalam keadaan seperti itu.
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
102. اتَّقُوا۟ اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ (bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya)
Yakni takwa yang
sebenarnya, yang dengan tidak meninggalkan apa yang diwajibkan syariat atas
mereka dalam mengerjakannya, dan tidak melakukan apa yang diwajibkan untuk
meninggalkannya dengan mengerahkan segala kemampuan dan usaha untuk
melaksanakan hal itu.
Para ahli tafsir
menyebutkan bahwa ketika ayat ini turun, orang-orang mukmin berkata: wahai
Rasulullah siapa yang mampu melakukan hal ini? Karena hal itu memberatkan
mereka. Maka turunlah ayat فاتقوا الله ما استطعتم
(bertakwalah kepada Allah dengan apa yang kalian mampu) untuk menasakh ayat
ini.
Dan pendapat lain mengatakan makna ayat ini adalah bertakwalah kepada Allah sebenar-benarnya takwa sesuai dengan kemampuan kalian.
وَلَا تَمُوتُنَّ
إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ(dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam)
Yakni janganlah kalian dalam suatu keadaan kecuali dalam keadaan Islam sehingga apabila datang kematian yang datang secara tiba-tiba maka kalian dalam keadaan Islam.
Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
102 Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dengan tidak melakukan kemaksiatan. Bersyukurlah kepada-Nya dan tidak mengingkari anugerah nikmat-Nya. Ingat-ingatlah dan jangan kalian lupakan. Jagalah benar-benar sebelum ajal secara tiba-tiba mendatangi kalian. Para ahli tafsir menyebutkan bahwa ketika ayat ini turun, mereka berkata: Wahai Rasulullah, siapa yang kuasa atas ini?” Lantas mereka tidak kuasa, hingga Allah menurunkan ayat ini: Bertakwalah kalian sekuat tenaga kalian. (At-taghabun:16)
Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepadaNya} Takutlah kepada Allah dengan takut yang sebenarnya dengan mengikuti perintahNya, menjauhi laranganNya, dan mensyukuri nikmatNya {dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan muslim
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
102-105. Ayat-ayat
ini mengandung anjuran Allah kepada hamba-hambaNya, kaum Mukminin agar
mendirikan syukur atas nikmat-nikmatNya yang besar yaitu dengan bertakwa
kepadaNya dengan sebenar-benar takwa, dan agar mereka menaatiNya dan
meninggalkan kemaksiatan terhadapNya secara tulus ikhlas untukNya, dan agar
mereka menegakkan agama mereka dan berpegang teguh kepada tali itu (yaitu agama
dan kitabNya) sebagai sebab antara mereka denganNya, serta bersatu dengan
berpedoman pada agama dan kitabNya dan tidak saling bercerai berai, dan agar
mereka selalu konsisten atas hal itu hingga mereka meninggal.
Lalu Allah menyebutkan
kondisi mereka yang dahulu sebelum adanya nikmat tersebut, yaitu bahwasanya
mereka dahulu saling bermusuhan dan bercerai berai. Kemudian Allah menyatukan
mereka dengan agama ini dan merekatkan hati-hati mereka, serta menjadikan
mereka sebagai saudara. Padahal mereka dahulu berada di pinggir jurang api
neraka, lalu Allah menyelamatkan mereka dari kesengsaraan, dan memberikan jalan
kebahagiaan bagi mereka.
“Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk” untuk bersyukur
kepada Allah dan berpegang teguh kepada tali agamaNya. Dan Allah memerintahkan
mereka untuk menyempurnakan kondisi seperti ini, dan sebab terkuat yang
membantu mereka menegakkan agama mereka adalah keberadaan sekelompok dari
mereka yang bergerak dengan jumlah yang cukup, “yang menyeru kepada kebajikan,”
yaitu berupa pokok-pokok agama, cabang-cabang, dan syariat-syariatnya,
“menyuruh kepada yang ma’ruf,” yaitu sesuatu yang diketahui nilai buruknya
secara syariat maupun akal, “dan mencegah dari yang mungkar,” yaitu sesuatu
yang diketahui nilai buruknya secara syariat maupun akal, “dan merekalah
orang-orang yang beruntung,” orang-orang yang mendapatkan segala yang
diinginkan dan selamat dari segala yang dikhawatirkan. Termasuk dalam kelompok
tersebut adalah para ulama dan para pendidik, orang-orang yang bergerak dengan
berkhutbah, berceramah, dan memberikan nasihat kepada manusia secara umum
ataupun khusus serta orang-orang yang mengingatkan orang lain, yang bertugas
mengontrol manusia dalam pelaksanaan shalat lima waktu, penunaian zakat dan
penegakan syariat-syariat agama, serta melarang mereka dari segala kemungkaran.
Oleh karena itu,
setiap orang yang menyeru manusia kepada kebaikan secara umum atau secara
khusus, atau dia memberikan nasihat kepada masyarakat umum atau kelompok
khusus, maka dia termasuk dalam ayat yang mulia tersebut.
Kemudian Allah
melarang mereka dari menempuh jalan orang-orang yang bercerai berai yang mana
agama dan keterangan-keterangan yang jelas telah mendatangi mereka yang mengharuskan
mereka untuk melaksnakannya dan bersatu karenanya, namun mereka bercerai berai
dan berselisih, hingga mereka menjadi kelompok-kelompok, dan itu tidaklah
muncul akibat dari kebodohan maupun kesesatan, akan tetapi muncul dari
pengetahuan dan tujuan yang buruk, serta kesewenang-wenangan sebagian mereka
atas sebagian yang lain.
Karena itulah Allah berfirman, “Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” Kemudian Allah menjelaskan tentang kapan terjadinya siksaan yang berat tersebut dan (kapan) mereka merasakan siksaan yang pedih tersebut seraya berfirman,
Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah
Ayat 102-103
Diriwayatkan dari
Abdullah bin Mas'ud, terkait firman Allah (bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya) Dia berkata yaitu taat tanpa melakukan maksiat,
mengingat Allah tanpa melupakanNya, bersyukur tanpa mengingkari nikmatNya.
Said bin Jubair, Abu
Al-Aliyah, Ar-Rabi' bin Anas, Qatadah, Muqatil bin Hayyan, Zaid bin Aslam,
As-Suddi, dan yang lainnya berpendapat bahwa ayat ini telah dinasakh dengan
firman Allah SWT: (Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu)
(Surah At-Taghabun: 16).
Ali bin Abi Thalhah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengenai ayat ini: (bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya) Dia berkata,”Ayat ini tidak dinasakh, tetapi
(sebenar-benar takwa kepada-Nya) bahwa mereka berjuang di jalanNya dengan
sungguh-sungguh, tidak ada celaan terhadap mereka dalam hal ini. Mereka berlaku
adil, bahkan terhadap diri sendiri, orang tua, atau anak-anak mereka.”
Firman Allah: (dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam) yaitu tetaplah
berpegang teguh pada Islam dalam keadaan sehat dan selamat kalian, sehingga
kalian mati dalam keadaan Muslim, karena sesungguhnya Allah yang Maha Mulia
telah mengatur kebiasaanNya dengan kemuliaanNya bahwa siapa saja yang hidup
atas sesuatu, maka dia akan mati dalam keadaan tersebut, dan siapa saja yang
mati dalam suatu keadaan, dia akan dibangkitkan dalam keadaan tersebut. Maka
berlindunglah kepada Allah dari keadaan itu.
Dikatakan, bahwa
maknanya adalah bahwa tidak ada kematian kecuali dalam keadaan muslim.
Dikatakan juga bahwa aku tidak akan mati kecuali tanpa diatur, hal ini merujuk
kepada sesuatu yang pertama.
Firman Allah: (Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai) Dikatakan bahwa, (tali (agama) Allah) adalah perjanjian Allah,
sebagaimana yang ifirmankan dalam ayat berikutnya: (Mereka diliputi kehinaan di
mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama)
Allah dan tali (perjanjian) dengan manusi) (Surah Ali 'Imran: 112) yaitu dengan
janji dan celaannya. Dikatakan (tali dari Allah) yaitu Al-Qur’an sebagaimana
yang disebutkan dalam hadits Al-Harits Al-A’war dari Ali yang merupakan hadits
marfu’ tentang sifat Al-Qur’an, “Itu adalah tali Allah yang kuat dan jalanNya
yang lurus”.
Firman Allah: (dan
janganlah kamu bercerai berai) Dia memerintahkan mereka untuk berkumpul dalam
kebersamaan dan melarang mereka berpecah belah. Telah disebutkan dalam banyak
hadits dengan melarang untuk berpecah belah dan perintah untuk berkumpul dan bersatu,
sebagaimana dalam hadits shahih Muslim dari hadits Suhail bin Abu Shalih, dari
ayahnya, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah
meridhai kalian pada tiga perkara dan membenci kalian pada tiga perkara (di
dalam riwayat yang lain: dan murka kepada kalian pada tiga perkara); Allah
Ridha kepada kalian (ketika kalian) beribadah hanya kepada-Nya dan tidak
menyekutukan-Nya sedikitpun, (dan meridhai ketika kalian semua) berpegang teguh
kepada tali agama Allah dan janganlah kalian bercerai berai, (Allah subhanahu
wa ta’ala meridhai ketika kalian) saling nasehat menasehati kepada
pemimpin-pemimpin kalian. Dan Allah subhanahu wa ta’ala membenci desas-desus,
dan membenci banyak bertanya dan menghambur-hamburkan harta”
Allah telah memasukkan
perlindungan terhadap mereka dari kesalahan ketika mereka sepakat, sebagaimana
disebutkan dalam banyak hadits juga. Mereka khawatir tentang perpecahan dan
perselisihan, dan hal ini terjadi dalam umat ini, sehingga mereka terpecah
menjadi tujuh puluh tiga bagian, di antaranya bagian yang selamat sampai ke
surga dan terbebas dari siksa neraka, yaitu mereka yang berpegang teguh pada
apa dilakukan oleh Nabi SAW dan sahabat-sahabatnya.
Firman Allah SWT:
(ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya).
Konteks ini berkaitan
dengan suku Aus dan Khazraj, di mana sebelumnya mereka terlibat dalam banyak
peperangan di zaman Jahiliyyah dan memiliki permusuhan yang kuat, dendam, dan
kedengkian yang mendalam. Panjangnya hal itu menyebabkan peperangan antara
mereka.
Ketika Allah
mendatangkan Islam kepada mereka, sebagian dari mereka memeluknya, dan mereka
menjadi saudara-saudara yang saling mencintai karena Allah dan terhubung dalam
keyakinan kepada Allah. Mereka bekerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan. Allah
SWT berfirman: (Dialah yang memperkuatmu dengan pertolonganNya dan dengan para
mukmin, dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun
kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak
dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati
mereka) (Surah Al-Anfal: 62) Mereka sebelumnya berada di tepi jurang neraka
karena kekufuran mereka. Lalu Allah menyelamatkan mereka dari neraka dengan memberikan
petunjuk kepada iman.
Rasulullah SAW juga memberikan karunia kepada mereka pada hari pembagian rampasan perang Hunain. Lalu orang di antara mereka ada yang mengeluh dengan karunia yang diberikan kepada mereka berupa pembagian sesuai dengan yang disampaikan oleh Allah, lalu beliau bersabda, “Wahai kaum Anshar, bukankah aku telah menemukan kalian dalam kesesatan lalu Allah memberikan petunjuk kepada kalian melalui diriku? dahulu kalian terpecah-belah dan Allah mempersatukan kalian melalui aku? kalian dahulu menderita kemiskinan dan Allah memberi kekayaan kepada kalian melalui aku?” Setiap kali beliau menyebutkan hal ini, mereka menjawab, “Allah dan RasulNya telah memberi.
An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi
Surat Ali ‘Imran ayat 102: Hai orang-orang yang beriman? Berbaktilah kepada Allah dengan ebenar-benar kebaktian, dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan kamu (sebagai) Muslimin.
Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Dalam tafsir Al Jalaalain disebutkan, bahwa ketika turun ayat ini, ada yang merasa keberatan, maka dimansukhlah dengan ayat "fattaqullah mas tatha'tum" (Maka bertakwalah kepada Allah semampu kamu) surat At Taghabun: 16, wallahu a'lam.
Di dalam hadits, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مَنْ قَبْلَكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلاَفُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ
"Apa yang aku larang, hendaklah kalian menjauhinya dan apa yang aku perintahkan maka hendaklah kalian melaksanakannya semampu kalian. Sesungguhnya binasanya orang-orang sebelum kalian adalah karena mereka banyak bertanya dan karena penentangan mereka terhadap nabi-nabi mereka." (HR. Bukhari dan Muslim)
Syaikh As Sa'diy berkata
tentang tafsir ayat ini, "Ini merupakan perintah Allah kepada
hamba-hamba-Nya yang mukmin agar mereka bertakwa kepada-Nya dengan
sebenar-benarnya, tetap berada di atasnya dan istiqamah hingga akhir hayat. Hal
itu, karena orang yang terbiasa hidup di atas sesuatu, niscaya ia akan
meninggal di atasnya. Barang siapa di saat sehat, semangat dan berkemampuan
tetap menjaga ketakwaan kepada Tuhannya dan mentaati-Nya serta senantiasa
kembali kepada-Nya, maka Allah akan meneguhkannya ketika wafat serta mengaruniakan
husnul khatimah.
Bertakwa kepada Allah
dengan sebenar-benar takwa sebagaimana dikatakan Ibnu Mas'ud adalah,
"Dengan ditaati tidak dimaksiati, disyukuri tidak dikufuri dan diingat
tidak dilupakan." Ayat ini merupakan penjelasan terhadap hak Allah Ta'ala
dalam takwa, adapun yang diwajibkan bagi hamba dari ketakwaan itu adalah
sebagaimana yang difirmankan Allah Ta'ala, "fattaqullah mas
tatha'tum" (Maka bertakwalah kepada Allah semampu kamu). Rincian ketakwaan
yang terkait dengan hati dan anggota badan sangat banyak sekali, namun
terhimpun dalam "mengerjakan semua yang diperintahkan Allah dan
meninggalkan semua yang dilarang-Nya". Kemudian Allah Ta'ala memerintahkan
mereka melakukan hal yang membantu ketakwaan, yaitu bersatu dan berpegang teguh
dengan agama Allah, di samping itu perkataan kaum mukmin adalah sama sambil
bersatu tidak berpecah belah.
Bersatunya kaum
muslimin di atas agama mereka serta bersamanya hati dapat memperbaiki agama dan
dunia mereka.
Dengan bersatu, mereka bisa melakukan perkara apa pun, demikian juga mereka akan memperoleh maslahat yang banyak yang hanya bisa dilakukan secara bersama, seperti tolong-menolong di atas kebaikan dan takwa, sebagaimana dalam berpecah dan bermusuhan menjadikan kesatuannya retak, ikatannya terputus, dan masing-masing hanya bekerja dan berusaha untuk kepentingan pribadinya meskipun mengakibatkan bahaya yang merata."
Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Ali ‘Imran Ayat 102
Supaya kamu
memperoleh keimanan yang kuat dan tidak goyah ketika terjadi cobaan, maka wahai
orang-orang yang beriman! bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya sesuai kebesaran, keagungan, dan kasih sayang-Nya kepada kamu.
Bukti ketakwaan
tersebut adalah menaati Allah dan tidak sekalipun durhaka, mengingat-Nya dan
tidak sesaat pun melupakan-Nya, serta mensyukuri nikmat-Nya tanpa sekalipun dan
sekecil apa pun mengingkarinya sampai batas akhir kemampuan kamu, dan janganlah
kamu mati kecuali dalam keadaan muslim, berserah diri kepada Allah dengan tetap
memeluk agama yang diridai, yaitu islam. Karena tidak seorang pun mengetahui
kapan datangnya kematian, maka berusahalah sekuat tenaga untuk selalu berada di
jalan Allah, karena Allah akan menganugerahi hamba sesuai usaha yang
dilakukannyapada ayat ini Allah memerintah kaum mukmin menjaga persatuan dan
kesatuan.
Dan berpegangteguhlah serta berusahalah sekuat tenaga agar kamu semuanya bantu-membantu untuk menyatu pada tali (agama) Allah agar kamu tidak tergelincir dari agama tersebut. Dan janganlah kamu bercerai berai, saling bermusuhan dan mendengki, karena semua itu akan menjadikan kamu lemah dan mudah dihancurkan.
Demikian beberapa penafsiran dari beragam pakar tafsir terhadap isi dan arti surat Ali ‘Imran ayat 102 (arab-latin dan artinya), semoga membawa manfaat bagi kita bersama.
Dukung syi'ar kami dengan memberi link menuju halaman ini atau menuju halaman
depan ustmanatahan.blogspot.com | Media Inspirasi Mujahid Dakwah
إرسال تعليق
Anda boleh berkomentar sesuai dengan tema artikel di atas. Lain dari itu, komentar Anda tidak akan dipublikasikan. Terimakasih.