![]() |
Ilustrasi oleh Alif.id |
Oleh Iyus Khaerunnas Malik
Sadarkah, bahwa kita lahir ke dunia tidak dalam ruang
kosong. Ruang yang melingkupi kita gegap gempita dengan berbagai macam
persoalan. Ruang itu adalah zaman yang sedari dulu mengandung sumbu dan energi
perubahan. Kita yang lahir ke dunia seolah menjadi manusia "pilihan"
sebagai pionir perubahan setidaknya berdamai dengan perubahan. Kata perubahan
dalam bahasa arab disebut dengan "taghyir", perubahan evolutif (normal,
bertahap & konstruktif) atau "inqilab" perubahan revolutif (cepat
& destruktif). Dalam bahasa inggris, dikenal dengan kata change.
Perhatikan sejarah peradaban
manusia suasana damai selalu hadir setelah terjadi peperangan, demikian juga sebaliknya. Seolah
terjadi dialektika sejarah yang tumpang tindih, mengalami tesa, antitesa dan sintesa dst.
Sahabat Ali bin Abi Thalib R.A. berpesan...
أَدِّبُوا أَوْلَادَكُمْ فَإِنَّهُمْ خُلِقُوا
لِزَمَانٍ غَيْرِ زَمَانِكُمْ
Didiklah anak-anakmu karena sesungguhnya mereka lahir di zaman yang berbeda dengan zaman kalian.
Orangtua, kakek dan buyut kita dahulu menghadapi zaman
yang berbeda dengan zaman kita. Mereka hidup di Nusantara dengan sistem
kerajaan atau kesultanan, mengalami suasana aman, damai dan sejahtera, lalu
diintervensi oleh penjajah (Portugis, Belanda) dengan membawa tradisi, budaya & kepercayaan baru yang
memporakporandakan suasana batiniyah masyarakat hingga merampas aset milik
rakyat, akhirnya rakyat melawan dan berjibaku mengusir penjajah. Perang pun
pecah, kekacauan melanda, kedamaian berganti dengan kegetiran, ketakutan dan
kengerian.
Sesuai apa yang di difirmankan Allah SWT dalam Surah Ali
Imran ayat 140:
وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ
النَّاسِ
Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia.
Jika situasi dan kondisi seperti itu yang kita hadapi,
selalu dipergilirkan dalam fase-fase kehidupan (aman, damai, kacau, perang...)
maka mental kita harus siap yakni mendudukan nilai-nilai spiritualitas
(keimanan & ketaqwaan) di atas segalanya. Sebagaimana ucapan Syaikh Ahmad
Syauqi Bek,
قف دون رأيك في الحياة مجاهدا، إن
الحياة عقيدة و جهاد
Tetaplah pendirianmu dalam hidup ini sebagai seorang Mujahid, karena sesungguhnya hidup ini adalah (pertaruhan) akidah dan jihad.
Karena itu tiga kata dalam Alquran IMAN, HIJRAH dan JIHAD
merupakan kesatuan (1 paket); tak dapat dipisahkan satu dengan lainnya,
sebagaimana firman Allah SWT dalam qs. 8 : 74
وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَهَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا
فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَالَّذِيْنَ اٰوَوْا وَّنَصَرُوْٓا اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ
حَقًّاۗ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌ ٧٤
Orang-orang yang beriman, berhijrah, dan berjihad di jalan Allah, serta orang-orang yang menyediakan sarana (tempat yang aman) untuk membantu para pengungsi, mereka itulah sebenar-benarnya beriman. Bagi mereka ampunan (yang besar) dan rezeki yang mulia.
Hijrah sendiri secara fisik diartikan sebagai
"berpindah" dari satu negeri ke negeri lain هَجَرَ
مِنْ بَلَدٍ إِلَىٰ بَلَدٍ آخَرَ atau satu tempat ke tempat lain, dan
secara spiritual berarti المهاجر من هجر ما نهى الله عنه
Sang Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang
dilarang oleh Allah.
(HR. Bukhari dan Muslim), atau dalam redaksi lain, meninggalkan segala keburukan & kemaksiatan.
Menengok Qashasul Anbiya Para Nabi dan Rasul pun semua berhijrah.. Adam a.s. berkeliling dari satu benua ke benua lain, Nabi Nuh a.s. pasca banjir pun menepi dari satu pantai ke pantai lain untuk menurunkan regenerasi dakwah tauhidulillah. Nabi Ibrahim bergerak dari Mesopotamia ke Babilonia hingga ke Makkah dalam rangka mengabdi kepada Allah Azza wa Jalla, juga berdakwah dan membangun peradaban tauhid dan spirit hanifan muslima. Nabi Musa a.s. berpindah dari Mesir ke Palestina untuk menyelamatkan Bani Israel dan melakukan pembinaan aqidah, ibadah & dakwah di tempat yang aman.
Begitupun Nabi Isa a.s. berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam rangka dakwah dan menyelamatkan murid-muridnya dari ancaman pasukan Romawi serta para Yahudi pengkhianat. Dan Nabi Muhammad SAW., nyata-nyata berhijrah dari Makah ke Yastrib (Madinah) untuk menyelamatkan program pembinaan aqidah, ibadah dan dakwah, sekaligus membangun teritorial pelaksanaan syariat Islam yang berdaulat dalam bingkai kejama'ahan, terbentuknya peradaban Darussalam hingga akhir zaman.
Jika demikian adanya maka hijrah adalah keniscayaan
(keharusan) setiap muslim terlebih dalam situasi akhir zaman, yang rentan
terhadap desrupsi; yakni perubahan ekstra cepat yang tak terkendali baik dalam
soal politik, ekonomi maupun militer di seluruh dunia. Hampir-hampir perang
dunia ke 3 terbelalak di depan mata. Perang Iran & Israel akan menggiring
para sekutu masing-masing untuk terlibat, amerika dan eropa, serta Rusia,
Pakistan, Turki, Korea Utara dan China... Masing-masing siap dengan rudal
berhulu ledak nuklirnya. Boleh jadi perang nuklir pun tak terhindarkan, banyak
negara luluh lantak dan korban bergelimpangan, mungkin inilah yang disebut
dengan "DUKHON" di akhir zaman, ledakan bom nuklir! Naudzbillah...
Semua ini sudah diprediksi oleh Nabi SAW, dalam berbagai
kitab Hadis khususnya dalam "Babul Fitan" (ragam fitnah di akhir
zaman).
Lalu apa yang mesti kita lakukan.
1) Pembinaan dan penguatan iman dengan ta'lim, doa,
tilawah Alquran, zikir, dan ibadah (secara pribadi).
2) Membentengi keluarga dengan basis iman & amal
soleh, serta menghindarkan seoptimal mungkin dari pengaruh pergaulan yang
menyesatkan; terlebih menodai kebersihan jiwa putra putri kita (qs. 66 : 6, qs.
63 : 9 dst).
3) Bangun kekuatan jamaah, sebagaimana ucapan Ali bin Abi
Thalib R.A.
وَمَجَالِسَةُ الصَّالِحِينَ الْفُضَلَاءِ
Dan berhimpun bersama orang-orang yang saleh dan mulia.
Dikuatkan pula dengan QS. 18 : 28
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ
رَبَّهُمْ بِالْغَدٰوةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهٗ وَلَا تَعْدُ عَيْنٰكَ
عَنْهُمْۚ تُرِيْدُ زِيْنَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَلَا تُطِعْ مَنْ اَغْفَلْنَا
قَلْبَهٗ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوٰىهُ وَكَانَ اَمْرُهٗ فُرُطًا ٢٨
Bersabarlah engkau membersamai orang-orang yang menyeru
Robbnya tiap pagi dan sore hari semata mengharap ridho-Nya. Janganlah
pandanganmu berpaling dari mereka karena mengharapkan kilauan dunia. Janganlah
engkau mengikuti orang yang hatinya lalai dari mengingat Kami, mengikuti hawa
nafsu serta keadaannya (selalu) melampaui batas.
Ditambah qs. 3 : 103, dst. Disamping berupaya kerja
jama'i untuk persiapan ketahanan pangan; berbasis ketahanan iman.
3) Mengasah kekuatan fisik dengan berlatih beladiri
(termasuk memanah, berkuda & berenang serta skill mortal combat) dan optimalisasi
kemampuan "tempur", bila perlu bekerjasama dengan aparat TNI untuk
menguasai dasar-dasar militeristik, atau ikut program barak militer; "bela
negara".
5) Membangun kekuatan ukhuwah baik di internal jamaah
maupun luar jamaah. Pahami secara mendalam fiqhuddakwah: khususnya dalam
interaksi sosial; menghadapi teman baik dari kalangan in group maupun out
group.
6) Memantapkan diri (azzam), bila sudah tiba waktu serta
clear & clean tentang kehadiran sosok Al-Mahdi, untuk segera berbai'at dan
menjadi pengikutnya.
Inilah hijrah dalam konteks akhir zaman, karena situasi ke depan sebagaimana sabda Nabi SAW.;
اصْبِرُوا فَإِنَّهُ
لَا يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ حَتَّى تَلْقَوْا
رَبَّكُمْ
Bersabarlah... Karena sesungguhnya tiada zaman yang datang kepada kalian kecuali masa sesudahnya bakal lebih buruk dari masa sebelumnya hingga kalian bertemu dengan Robb kalian (mati). (HR. Buchari dari Anas bin Malik R.A.)
Mari selalu memantapkan diri untuk senantiasa
berhijrah... tiada hari tanpa hijrah dari hal-hal negatif sembari terus meraih
dan meningkatkan hal-hal positif dalam hidup & kehidupan kita, sesuai
kaidah fiqhiyyah...
الْمُحَافَظَةُ عَلَى الْقَدِيمِ الصَّالِحِ
وَالْأَخْذُ بِالْجَدِيدِ الْأَصْلَحِ
Mempertahankan yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik.
Wallahu a'lam
Editor: A Malik AS
Posting Komentar
Anda boleh berkomentar sesuai dengan tema artikel di atas. Lain dari itu, komentar Anda tidak akan dipublikasikan. Terimakasih.