Khutbah Jum’ah: Hikmah Berqurban dan Ibadah Haji
Khutbah Jum'ah singkat tentang Hikmah Berqurban dan Ibadah Haji, oleh Kang Malik AS (ustManatahan), CEO sukabumiNews.net. [Istimewa] |
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ
بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ
كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَأَشْهَدُأَنَّ
مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله. اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى
اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
أمَّا بَعْدُ، فَيَاعِبَادَ الله أُوْصِيْكُم وَنَفْسِي
بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه
وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ
فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا
النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا
وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ
اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Jama’ah shalat Jum’at Rahimakumumullah,
Nilai pengorbanan di balik perintah menyembelih qurban
dapat menjadi pembelajaran bagi para orang tua dan anaknya terkait bagaimana
membangun hubungan kekeluargaan yang didasarkan saling percaya dan pasrah
sebagai hamba Allah SWT.
Selain itu, Kisah Singkat Nabi Ibrahim dan Ismail As
juga memberikan pelajaran, bagaimana menekan keegoisan akan hubungan kasih
sayang antara orang tua dan anak.
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail 'alaihimassalam bersedia
melakukan pengorbanan untuk menjalankan perintah Allah SWT. Dan salah satu hikmah
kurban adalah mengajarkan tentang sikap kesabaran, tawakkal, dan ketaatan
kepada Allah SWT.
Rangkaian kegiatan ibadah haji mengajarkan tentang
bagaimana muslim mau mengorbankan hartanya untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT.
Ibadah ini juga mengajarkan umat muslim untuk menjauhi
sifat kikir dan cinta terhadap hal-hal yang sifatnya materi.
Dan pada kesempatan khutbah kali ini, mari kita mengingat
kembali bahwa harta yang dimiliki oleh kita hanya sekadar titipan dari Allah
SWT.
Jama’ah shalat Jum’at Rahimakumumullah
Dalam satu Hadis, Nabi shollallahu 'alaihi wasallam
mengingatkan: "Barangsiapa yang punya kepalangan harta (mampu) namun tidak
mau berqurban maka jangan sekali-kali mendekati tempat sholat kami".
Para ulama dari kalangan Malikiyah, Syafi'iyah, dan
Hanabilah, menyatakan bahwa hukum berqurban merupakan sunnah. Namun bagi Mazhab
Hanafi, berkurban hukumnya wajib bagi yang mampu. Mazhab Hambali bahkan
membolehkan berutang untuk membeli hewan kurban.
Menurut Imam Abu Hanifah, seseorang yang dikatakan
mampu apabila ia telah memiliki harta lebih yang senilai dengan nishab zakat
mal, yaitu 200 dirham, dan telah melebihi kebutuhan pokok dan pihak yang wajib
ditanggungnya.
Pendapat Abu Hanifah ini merujuk kepada sebuah Hadis yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi shollallohu
'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ, فَلَا يَقْرَبَنَّ
مُصَلَّانَا
Artinya: "Barangsiapa yang mempunyai kelapangan
rezeki (harta) tetapi tidak mau berkurban maka jangan sekali-kali mendekati
tempat sholat kami." (HR Ahmad (2/321), Ibnu Majah 3123, Al-Hakim (4/349),
Ad-Daruquthni, Al-Baihaqi)
Dalam Al-Qur'an juga terdapat anjuran untuk berqurban
sebagaimana firman-Nya:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ.
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah memberikan
kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan
berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu, dialah yang terputus."
(QS Al-Kautsar Ayat 1-3)
Sejatinya, berkurban tidak akan mengurangi rezeki. Dan
bagi yang tidak berqurban padahal mampu, itu artinya ia tidak mensyukuri harta
dan rezeki yang Allah berikan kepadanya.
Dalam Hadis lain, Rasulullah SAW memberi peringatan
serius: "Barangsiapa yang mempunyai kelapangan rezeki tetapi tidak mau
berkurban, maka ia akan mati dalam keadaan Yahudi atau Nasrani." Na'udzubillahi
min dzalik!
Keutamaan berkurban dijelaskan dalam Hadis dari Siti
Aisyah radhiyallahu 'anha, bahwa Nabi shollallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Tidaklah seorang anak Adam mengerjakan amal
ibadah yang paling dicintai Allah pada hari Nahr (menyembelih
hewan kurban), kecuali mengalirkan darah. Hewan itu nanti pada hari Kiamat akan
datang dengan tanduk, rambut dan bulunya (sebagai saksi di hadapan Allah). Dan
pahala kurban itu di sisi Allah lebih dahulu dari pada darah yang menetes pada
suatu tempat sebelum menetes ke tanah. Maka hiasilah dirimu dengan ibadah
kurban." (HR at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
بَارَكَ اللهُ
لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ
مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ
عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ
أَنْ لَاإِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إلىَ رِضْوَانِهِ.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
أَمَّا بَعْدُ،
فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى
وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلَآ
ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ
وَقَالَ تَعاَلَى
إِنَّ اللهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيّ يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ
اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَنْبِيَائِكَ
وَرُسُلِكَ وَمَلَآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ
أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ
وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا
مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلأَحْيَآءُ
مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ
الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ
نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ
وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ
عَنَّا الْبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلَازِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ
مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ
الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا اٰتِناَ
فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا
ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ
الْخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي الْقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
BACA Juga: Khutbah Jum’ah: 3 Syarat Utama Harus Dipenuhi Jika Ingin Jadi Umat Terbaik
BACA Juga: Keutamaan Puasa Arafah
Leave Comments
Post a Comment
Anda boleh berkomentar sesuai dengan tema artikel di atas. Lain dari itu, komentar Anda tidak akan dipublikasikan. Terimakasih.