3 Fase Bulan Ramadhan, Fase Pertama di 10 Hari Pertama Adalah Rahmat?

Hadits keutamaan Ramadhan menunjukkan tentang kedudukan bulan ini. [Gambar: Ilustrasi] 

Memahami Hadits Awal Ramadhan Rahmat, Pertengahan Ampunan, dan Pembebasan Neraka.

Hadits keutamaan Ramadhan menunjukkan tentang kedudukan bulan ini. Pelaksanaan puasa bulan Ramadhan berlangsung selama kurang lebih satu bulan atau 30 hari.

Ada tiga Fase dalam itu yang bisa disebut sebagai keistimewaan bulan Ramadhan. Tiga fase tersebut menjelaskan sisi keutamaan pada 10 hari pertama hingga 10 hari terakhir.

شهر رمضان أوَّله رحمة، وأوسَطه مغفرة، وآخِره عتق من النار

Artinya: Bulan Ramadhan permulaannya adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, dan akhirannya adalah pembebasan dari api neraka.

Hadits ini diriwayatkan sejumlah ulama hadits, antara lain Ibnu Khuzaimah dalam kitab Shahih-nya, Ibnu Syahin dalam Fadhail Ramadhan, dan Imam Al Baihaqi dalam kitab Asy-Syu’ab dan dalam Fadhail Al-Awqat.

Adapun Tiga Fase itu yakni;

Fase pertama disebut rahmat.

Maksudnya di 10 hari pertama bulan Ramadhan ini, ditunjukkan oleh Allah sebagai bulan kedermawanan, bulan penuh kasih sayang.

Memperbanyak perbuatan yang berdampak pada kepedulian sesama sangat dianjurkan untuk dilaksanakan di bulan Ramadhan ini.

Fase kedua disebut ampunan atau maghfirah.

Maksudnya di 10 hari pertengahan bulan Ramadhan, menjadi hari pertaubatan.

Dan disini Allah menunjukkan sebagai Dzat Yang Maha Pengampun, Dzat Yang Maha Menerima Taubat.

Adapun untuk syarat taubat itu sendiri meliputi tiga hal, yaitu ilmu, berdzikir kepada Allah (istighfar) dan menyesali perbuatannya.

Fase ketiga disebut pembebasan dari neraka atau itqun minannar.

Maksudnya di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan ini adalah media untuk meningkatkan kualitas ibadah agar bisa terbebas dari api neraka.

Bahkan di sepuluh hari terakhir bulan puasa ini ada keistimewaan yang begitu spesial bagi bulan Ramadhan.

Menurut Wakil Ketua MUI, KH Jeje Zanudin, bahwa pembagian 10 pertama dan terakhir hadisnya lemah.

"Afwan yang saya ketahui. Pembagian keistimewaan Ramadhan 10 pertama, 10 kedua, dan 10 ketiga Haditsnya Dhoif," kata KH Jeje saat diminta penjelasannya tentang 10 hari pertama dan terakhir Ramadhan.

Sehingga pembagian itu, kata Kiyai Jeje, banyak yang menilainya sebagai hadits lemah yang tidak bisa dijadikan rujukan keyakinan kebenarannya dari Nabi SAW.

Terlepas dari penilaian lemahnya hadits tentang pembagian Ramadhan menjadi awalnya rahmat, pertengahannya magfirah, dan akhirnya pembebasan dari neraka, yang jelas bahwa sepanjang Ramadhan adalah rahmat, magfirah dan pembebasan dari neraka.

Kiyai Jeje menegaskan keterangan-keterangan seputar keistimewaan bulan Ramadhan mengindikasikan kesamaan kualiatas seluruh hari dan malam sepanjang bulan Ramadhan dari aspek rahmat dan ampunan Allah SWT.

Kecuali keistimewaan Lailatul Qadar yang ada di salah satu malam ganjil pada sepuluh malam terakhir. "Karena malam itu adalah mengenang dan mengulang peristiwa sakral yaitu proses awal penurun Alquran ke bumi," katanya.

Inilah kata Wakil Ketua Umum Persis ini, yang disebutkan dalam Alquran surah Al-Qadr ayat 1-5:

إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ  تَنَزَّلُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ سَلَٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ ٱلْفَجْرِ

"Sesungguhnya Kami turunkan Alquran pada malam Qadar. Tahukah kamu apa malam Qadar itu? Malam Qadar itu lebih mulia daripada seribu bulan. Pada malam itu para Malaikat turun dengan membawa segala perintah Tuhan. Selamat sejahtera malam tersebut sampai terbit fajar".

"Karena keistimewaan khusus yang ada pada Lailatul Qadar itulah maka Rasulullahpun mendorong untuk bersungguh sungguh menyongsong malam itu secara khusus," katanya.

Dalam upaya menyambut kemuliaan Lailatul Qadar itu pula maka beliau meningkatkan kesungguhan ibadahnya apabila sudah masuk sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Bahkan beliau mengkhususkan diri berkonsentrasi penuh beribadah di sepuluh hari terakhir tersebut dengan melaksanakan i'tikaf di dalam masjid.

"Selain beliau sendiri yang meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah, beliau juga menyeru dan mengajak keluarga dan umatnya untuk melakukan hal yang sama," katanya.

Wallahu a'lam.***

Previous article
Next article

Leave Comments

Post a Comment

Anda boleh berkomentar sesuai dengan tema artikel di atas. Lain dari itu, komentar Anda tidak akan dipublikasikan. Terimakasih.

Ads Atas Artikel

Ads Tengah Artikel 1

Ads Tengah Artikel 2

Ads Bawah Artikel