Berkaca Pada Pola Pendidikan Rasulullah Saw
Ilustrasi pendidikan tempo dulu. |
Oleh: Widi
Pendidikan menjadi
penentu gerak langkah bagi kemajuan suatu bangsa. Sejarah mencatat, ketika
Jepang dijatuhi bom atom oleh Sekutu dalam perang dunia ke-2, yang dilakukan
oleh Kaisar Hirohito adalah memanggil
para mentrinya dan bertanya, ”Masihkah ada guru yang tersisa?“
Hal ini
mengindikasikan bahwa Jepang boleh saja hancur secara fisik,tetapi jiwa
kependidikan tidak boleh runtuh. Biarlah buminya hangus dan hancur berantakan
tetapi jangan biarkan pendidikan ikut-ikutan hancur. Karena hanya dengan
kemajuan pendidikan, negeri yang porak poranda akan dapat dibangun kembali.
Artinya pendidikan merupakan pilar penting untuk membangun kehidupan yang lebih
baik.
Sekilas gambaran
fenomena yang terjadi di Jepang tersebut menjadi contoh yang menggugah perasaan
kita dewasa ini. Bahwa pendidikan memang merupakan pilar yang akan menentukan
maju mundurnya suatu bangsa. Tolak ukur kemajuan memang terletak pada
pendidikan.Oleh karenanya faktor guru, kurikulum, sarana dan prasarana
pendukung pendidikan sangat penting untuk diperhatikan.
Jika kita menilik
pada sistem pendidikan Islam pada masa Rasulullah Saw kita akan menemukan bahwa
pendidikan pada masa itu memiliki perangkat yang sempurna. Dimulai saat Nabi
Muhammad setelah diangkat menjadi Rasul yang otomatis saat itu beliau berperan
sebagai guru bagi para pengikutnya. Darul Arqom yang menjadi tempat pertama
terselenggaranya pendidikan pada masa Rasul.
Pendidikan di masa
itu memiliki sebuah tujuan atau hasil akhir yang mulia yakni membentuk pribadi
anak didik agar dapat menjadi pribadi muslim yang baik di dalam kehidupannya,
tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat. Al-Quran dan Sunnah Rasul menjadi sumber
ilmu bagi pendidikannya.
Rasulullah pun telah
mengisyaratkan pentingnya ilmu dalam sabdanya, “Barangsiapa yang menginginkan
dunia maka hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka
hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka hendaklah
dengan ilmu.”
Materi pendidikan
Islam pada masa Rasulullah SAW terbagi menjadi dua periode, yaitu periode
Mekkah dan periode Madinah. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa pendidikan pada
masa rasul memiliki urutan yang tak boleh terlewatkan dan saling mendahului
satu sama lain. Ada urutan, ada kualitas. Metode pendidikan Rasulullah tersebut
terbukti berhasil dengan lahirnya generasi sahabat para pemakmur bumi.
Adapun pembinaan
materi pendidikan Islam di Mekkah menitikberatkan pada penanaman iman ke dalam
jiwa setiap individu muslim. Tujuannya ialah agar jiwa mereka kokoh dengan
nilai-nilai ketauhidan sehingga kelak mereka akan menjalankan beban syariat
dengan penuh keimanan.
Sedangkan pembinaan
materi pendidikan Islam di Madinah pada hakikatnya adalah kelanjutan dari
pendidikan tauhid di Mekkah. Yakni pembinaan dalam upaya penegakkan dan
penerapan syariat, seperti tata cara ibadah, pendidikan akhlak, pendidikan
kesehatan, dan pendidikan yang berkaitan dengan kemasyarakatan meliputi pada
bidang pendidikan sosial dan politik. Dimana semua hal yang diajarkan pada
periode Madinah tersebut haruslah terjiwai oleh ajaran tauhid. Itulah urgensi
dari pendidikan iman sebelum Qur'an yang sebelumnya didahului dengan pendidikan
adab sebelum ilmu.
Pola pendidikan pada
masa Rasulullah tersebut masih sangat relevan untuk dipakai di masa sekarang.
Mengingat dari pendidikan di masa Rasul lah lahir manusia-manusia terbaik yang
namanya harum akan kegemilangan karyanya di sepanjang masa hingga hari ini.
Pendidikan bukanlah ajang uji coba secara terus menerus, dia harus terencana dengan baik. Semua yang terlibat di dalamnya harus benar-benar serius dalam mengemban tugas mulia ini. Lalu mengapakah kita tidak mengambil pola pendidikan yang telah terbukti sukses dalam pengajaran Rasulullah Saw? Wallahu'alam bish showab. (Voa-islam.com)
Leave Comments
Post a Comment
Anda boleh berkomentar sesuai dengan tema artikel di atas. Lain dari itu, komentar Anda tidak akan dipublikasikan. Terimakasih.