Kisah Islamnya Penduduk Madinah
Oleh: Ust Manatahan
Di balik berdirinya negara Islam pertama di Madinah, ada satu sosok yang memiliki peran sentral perjalanan Islam masuk ke Madinah. Dari dirinyalah Islam dikenal penduduk Yastrib (Madinah).
Atas dua baiatnya
kepada Rasulullah Saw., ia membuka pintu cikal bakal berdirinya Daulah Islam
Madinah. Berkat pertolongannya, Mush’ab berhasil menjalankan misi dakwah Rasul
sebagai duta Islam di Madinah.
Dialah As’ad bi
Zurarah, pemimpin Anshar dari suku Khazraj.
Awal Mula Masuk
Islam
Gambar Ilustrasi/Net. |
Makkah merupakan kota yang paling sering dikunjungi bangsa Arab dari wilayah lain. Tak heran Makkah mendapat julukan “Ummul Qura” (Induknya kota-kota).
Pada tahun ke-13 Kenabian atau setahun sebelum hijrah,
datanglah dua orang dari Madinah mengunjungi Makkah untuk berhaji. Mereka
adalah As’ad bin Zurarah dan Dzakwan bin Abdu Qais.
Keduanya datang ke
Mekah untuk mengunjungi kenalannya, yaitu Utbah bin Rabi’ah. Di tengah
percakapannya, As’ad bin Zurarah curhat kepada Utbah tentang berbagai
problemnya di Yatsrib termasuk konflik berkepanjangan antar dua kabilah: Aus
dan Khazraj.
Utbah pun merespons
curhatnya As’ad dengan berkata, “Kami pun sedang mendapatkan masalah baru yang
telah menyita waktu kami sehingga tidak dapat berkomentar apa pun tentang
masalah kalian.”
As’ad lalu bertanya,
“Memangnya apa masalah kalian, bukankah kalian hidup dengan aman di tempat yang
aman?”
Utbah menjawab,
“Seorang pria telah muncul di tengah-tengah kami mengaku sebagai utusan Tuhan,
ia menyebut kami tidak memakai akal, melecehkan para tuhan berhala kami,
masyarakat kami menjadi terpecah belah dan pemuda kami menjadi rusak.”
As’ad heran lalu bertanya lagi, “Dari kabilah mana ia berasal?” Utbah menjelaskan, “Dia putra Abdullah bin Abdul Muthalib dan kebetulan dari keluarga terpandang. Dia sekarang datang ke Masjidilharam, jika engkau kesana, jangan dengarkan ucapannya dan jangan bertutur satu kata pun dengannya, karena ia penyihir handal.”
“Aku harus ke sana
karena aku sudah berihram dan akan melaksanakan tawaf di Ka’bah,” kata As’ad.
Utbah pun menimpali, “Kalau begitu, letakkan sedikit kapas di telingamu agar
ucapannya tidak terdengar olehmu.”
Kemudian As’ad bin
Zurarah pun pergi dan masuk ke Masjidilharam dengan menyumpal kedua telinganya
dengan kapas dan memulai tawaf.
Ia melihat Muhammad
Saw. di samping Ka’bah dikelilingi sekelompok orang yang sedang mendengarkan
ucapannya dengan seksama. Ia melirik ke kerumunan itu dan cepat-cepat berlalu.
Pada putaran yang
kedua, As’ad bergumam, “Tidak ada orang yang lebih bodoh dari aku, bagaimanana
mungkin sebuah cerita penting sedang diperbincangkan di Makkah, sementara aku
tidak tahu apa-apa tentangnya.”
Lalu As’ad membuang
kapas dari telinganya dan ikut duduk dalam kerumunan di sekitar Muhammad Saw.
untuk mendengar ucapannya. Ia tidak menemukan apa pun yang disebut sihir oleh
Utbah.
Apa yang didengarnya
adalah cahaya petunjuk yang menerangi hatinya dan dapat diterima akalnya. As’ad
pun mendekati Muhammad Saw. dan bertanya, “Kemana engkau akan mengajak kami?”
Nabi Muhammad Saw
dengan tenang berkata, “Aku mengajak kalian kepada ajaran tauhid dan aku adalah
utusan Allah Swt.” Nabi Muhammad Saw lalu membacakan QS al-An’am [06]: ayat 151
– 154.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
قُلْ تَعَا لَوْا اَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ اَ لَّا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْئًـــا وَّبِا لْوَا لِدَيْنِ اِحْسَا نًا ۚ وَلَا تَقْتُلُوْۤا اَوْلَا دَكُمْ مِّنْ اِمْلَا قٍ ۗ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَاِ يَّاهُمْ ۚ وَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَا حِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ ۚ وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِا لْحَـقِّ ۗ ذٰ لِكُمْ وَصّٰٮكُمْ بِهٖ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ
"Katakanlah (Muhammad), Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat baik kepada ibu bapak, janganlah membunuh anak-anakmu karena miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; janganlah kamu mendekati perbuatan yang keji, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi, janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu mengerti." (QS. Al-An'am 6: Ayat 151).
Allah Subhanahu Wa
Ta'ala berfirman:
وَلَا تَقْرَبُوْا مَا لَ الْيَتِيْمِ اِلَّا بِا لَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ حَتّٰى يَبْلُغَ اَشُدَّهٗ ۚ وَاَ وْفُوْا الْكَيْلَ وَا لْمِيْزَا نَ بِا لْقِسْطِ ۚ لَا نُـكَلِّفُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۚ وَاِ ذَا قُلْتُمْ فَا عْدِلُوْا وَلَوْ كَا نَ ذَا قُرْبٰى ۚ وَبِعَهْدِ اللّٰهِ اَوْفُوْا ۗ ذٰ لِكُمْ وَصّٰٮكُمْ بِهٖ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ ۙ
"Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, sampai dia mencapai (usia) dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Apabila kamu berbicara, bicaralah sejujurnya, sekalipun dia kerabat(mu) dan penuhilah janji Allah. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu ingat." (QS. Al-An'am 6: Ayat 152).
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَاَ نَّ هٰذَا صِرَا طِيْ مُسْتَقِيْمًا فَا تَّبِعُوْهُ ۚ وَلَا تَتَّبِعُوْا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِهٖ ۗ ذٰ لِكُمْ وَصّٰٮكُمْ بِهٖ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
"Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-An'am 6: Ayat 153).
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ثُمَّ اٰتَيْنَا مُوْسَى الْـكِتٰبَ تَمَا مًا عَلَى الَّذِيْۤ اَحْسَنَ وَتَفْصِيْلًا لِّـكُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى وَّرَحْمَةً لَّعَلَّهُمْ بِلِقَآءِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُوْنَ
"Kemudian Kami telah memberikan kepada Musa Kitab (Taurat) untuk menyempurnakan (nikmat Kami) kepada orang yang berbuat kebaikan, untuk menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat, agar mereka beriman akan adanya pertemuan dengan Tuhannya." (QS. Al-An'am 6: Ayat 154)
As’ad bin Zurarah
terpesona lantunan ayat-ayat Al-Quran. Hatinya terguncang hebat. Kemudian Ia
pun mengucapkan syahadat, “Lailaaha illallah Muhammadur Rasulullah.”
Cerita ini dapat
ditemukan dalam kitab al–Thabaqat al-Kubra karya Muhammad bin Sa’ad al-Baghdadi
atau populer dengan nama Ibnu Sa’ad.
Silsilah Keluarga
As’ada bin Zurarah
merupakan putra dari Zurarah bin ‘Udas bin ‘Ubaid dan Su’ad al-Furai’ah binti
Rafi’ bin Mu’awiyah. Ibunya adalah bibi Sa’ad bin Muadz.
Ayah As’ad adalah
tokoh yang disegani dari Bani al-Najjar, yang kemudian pengaruhnya turun kepada
As’ad, atau bahkan lebih besar pengaruh As’ad dibanding ayahnya.
As’ad menikah dengan
perempuan bernama ‘Umairah binti Sahal bin Tsa’labah. Istrinya sama-sama dari
kalangan Bani al-Najjar.
Dari pernikahan ini,
As’ad memiliki tiga orang anak yaitu Habibah binti As’ad, Kabsyah, al-Furai’ah,
semuanya masuk Islam bersama As’ad.
Menurut keterangan
al-Thabaqat al-Kubra, sama seperti Rasulullah Saw., As’ad bin Zurarah tidak
memiliki anak laki-laki yang hidup sampai dewasa.
Peran Besar As’ad
Kontribusi As’ad
terhadap perjuangan Rasulullah mendakwahkan Islam sangat besar. Ia adalah orang
Madinah pertama yang melakukan baiat aqabah pertama kepada Rasulullah, yaitu
baiat keimanan terhadap nubuwat Rasulullah dan kebenaran risalah Islam yang
dibawa beliau.
Baiat aqabah pertama
ini terjadi pada musim haji tahun berikutnya. Dua belas orang laki-laki kaum
Anshar. Salah satunya ialah As’ad bin Zurarah dan Dzakwan bin Qais yang pernah
membersamainya saat berhaji ke Makkah.
As’ad, sosok yang
paling cepat menerima kebenaran Islam. Tanpa ragu ia meyakini dan membenarkan
risalah yang dibawa Nabi Saw. Dia juga menyertai duta dakwah Rasul di Madinah,
yaitu Mush’ab bin Umair.
Saat Mush’ab diutus
Nabi menjalankan misi dakwah di Madinah, As’ad-lah yang selalu membersamainya.
Mengenalkannya pada penduduk Madinah serta menemaninya mendakwahi para pembesar
suku Aus dan Khazraj di Madinah.
Saat As’ad dan
Mush’ab masuk ke kebun milik Bani Abdul Asyhal, mereka duduk-duduk sembari
dikelilingi orang-orang yang sudah masuk Islam.
Tatkala melihat hal
itu, Sa’ad bin Muadz berkata kepada
Usaid, “Temuilah orang itu dan usirlah.” Usaid membawa tombak kecilnya,
mempercepat langkahnya menuju Mush’ab yang saat itu menjadi tamu As’ad bin
Zurarah.
Sesampai di rumah
As’ad, Usaid melihat banyak orang yang sedang mendengarkan penjelasan Mush’ab.
Melihat kedatangan Usaid, Mush’ab berkata, “Bagaimana kalau engkau duduk dan
mendengarkan. Jika engkau puas dengan apa yang kami sampaikan, engkau bisa
menerimanya. Jika kau tidak suka, kami akan hentikan apa yang tidak engkau
sukai itu.”
Dari dialog itulah,
cahaya Islam memasuki relung jiwa Usaid dan membuatnya menerima lalu masuk
Islam. Dari situ pula, cerita masuk Islamnya Sa’ad bin Muadz bermula.
Jika dakwah Makkah
menguat setelah masuknya Umar bin Khaththab dan Hamzah bin Abdul Muthalib. Maka
berdirinya negara Islam Madinah ada andil tiga tokoh Madinah, As’ad bin Zurarah,
Usaid bin Hudhair, dan Sa’ad bin Muadz.
Sungguh besar peran
As’ad untuk Islam. Perannya sangat menonjol tatkala Mush’ab menjadi duta Islam
di Madinah, di antaranya:
Ia menjadi orang
pertama Madinah yang memeluk Islam.
Sebagai fasilitator
Mush’ab bin Umair selama berdakwah di Madinah
Mengenalkan Mush’ab
kepada para pembesar suku-suku di Madinah
Mencukupi kebutuhan
Mush’ab selama berada di Madinah
MasyaAllah…. Itulah
sejatinya penolong agama Allah Swt. Saat impitan dan tekanan dakwah dialami
Rasulullah Saw di Mekah, pertolongan itu datang dari Madinah lewat tangan As’ad
dan sahabat Anshar lainnya.
Tidakkah terbesit
dalam pikiran dan hati kita bercita-cita menjadi penolong-penolong agama Allah
seperti mereka di masa sekarang? Meneladani jejak Anshar-nya Nabi Saw.
Jadilah penolong
agama Allah seperti As’ad bin Zurarah, Usaid bin Hudhair, dan Sa’ad bin Muadz.
Leave Comments
Post a Comment
Anda boleh berkomentar sesuai dengan tema artikel di atas. Lain dari itu, komentar Anda tidak akan dipublikasikan. Terimakasih.