Fakir Miskin Rentan Pendangkalan Akidah
Ada temuan-temuan kasus upaya pendangkalan akidah di sejumlah daerah terpencil.
Pandemi Covid-19
membuat sejumlah negara berpotensi mengalami resesi ekonomi, begitu pun
Indonesia. Ketidakpastian akibat pandemi membuat masyarakat kecil makin
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Dalam kondisi seperti
ini, kekhawatiran akan upaya-upaya pendangkalan akidah atau pemurtadan pada
umat Islam yang ekonominya lemah makin nyata. Karena itu, sejumlah organisasi
kemasyarakatan Islam pun bekerja keras
untuk membantu Muslim di berbagai daerah
yang ekonominya terdampak akibat resesi ekonomi yang terjadi.
Wakil Ketua Lembaga
Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU Muhammad Nur Hayid atau akrab disapa
Gus Hayid menjelaskan, dalam kondisi saat ini penguatan ekonomi, khususnya
terhadap masyarakat kecil, sangat penting. Dia menegaskan, keadaan miskin
sangat rentan membuat seseorang rela melakukan berbagai hal, bahkan
menggadaikan akidah.
"Orang kalau
miskin itu mudah sekali untuk diprovokasi, mudah sekali untuk diubah ideologi
keyakinannya, ajaran yang dipegangnya. Oleh karena itu, krisis yang terjadi
kalau tidak diantisipasi bisa menjadi peluang bagi berubahnya akidah dan ajaran
yang dipegang seseorang," kata Gus Hayid kepada Republika, beberapa waktu
lalu.
Gus Hayid
menjelaskan, dalam kondisi saat ini umat Islam harus bergandengan tangan untuk
membantu saudaranya yang mengalami kesulitan ekonomi. Karena itu, kata dia,
PBNU melalui program NU Care- Lazisnu tak henti memberikan bantuan kepada
masyarakat yang terdampak ekonominya akibat Covid-19. PBNU juga bekerja sama
dengan pemerintah agar masyarakat yang ekonominya terpuruk dapat perlahan-lahan
bangkit. Di sisi lain, Gus Hayid menjelaskan, LDNU juga berupaya
membentengi akidah umat agar makin kokoh melalui dakwah daring.
PP Muhammadiyah juga
telah mengantisipasi dampak resesi ekonomi yang terjadi, termasuk kerawanan
pendangkalan akidah. Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Ustaz Syamsul
Hidayat menjelaskan, pada masa pandemi Covid-19, PP Muhammadiyah menggerakkan
setiap bidangnya. Semisal melalui Muhammadiyah Covid-19 Center (MCC) yang
berkoordinasi dengan berbagai bidang untuk menanggulangi pandemi Covid-19 baik
dari sisi kesehatan maupun ekonomi masyarakat.
Dia menegaskan,
Majelis Tarjih dan Tajdid serta Majelis Tabligh Muhammadiyah juga terus
melakukan edukasi terkait Covid-19. Masyarakat juga diajak untuk bersabar dan
tetap optimistis meski di tengah sulitnya ekonomi yang terdampak akibat
Covid-19. Ustaz Syamsul mengatakan, melalui pengajian daring yang
diselenggarakan hingga tingkat ranting juga diharapkan dapat makin memperkokoh
akidah umat.
"Dengan
pengajian daring yang sampai ke tiap ranting itu, secara tak langsung
masyarakat melek teknologi, dan dari situ setidaknya kita bisa membentengi
kemungkinan-kemungkinan tindakan pemurtadan atau sejenisnya," kata
Syamsul.
Selain itu, Ustaz
Syamsul menjelaskan, Majelis Tabligh PP Muhammadiyah juga telah menempatkan
dai-dai di pelosok-pelosok daerah untuk membantu kaum Muslimin mendalami Islam.
Ustaz Syamsul mengakui, ada temuan-temuan kasus upaya pendangkalan akidah di
sejumlah daerah terpencil. Meski begitu, Muhammadiyah langsung bergerak lintas
sektoral untuk menanganinya untuk membentengi akidah umat.
Lebih dari itu, ia
mengatakan, di tengah ancaman resesi ekonomi, Muhammadiyah berupaya memperkuat
perekonomian umat terutama di daerah-daerah baik melalui bantuan sosial maupun
pemberdayaan melalui Lazismu.
"Untuk santunan sosial kita dibantu Lazismu dan daerah terdampak Covid-19 dibantu MCC. Lazismu juga bergerak membantu ekonomi para dai-dai sehingga setelahnya mereka bisa berdakwah," kata dia. (ROL)
Leave Comments
Post a Comment
Anda boleh berkomentar sesuai dengan tema artikel di atas. Lain dari itu, komentar Anda tidak akan dipublikasikan. Terimakasih.