jihad
kajian
new
Tahu Keutamaan Jihad & Mati Syahid, Pasti Inginkan Hidup di Medan Jihad
Wednesday, June 24, 2015
0
Oleh:
Badrul Tamam--
Al-Hamdulillah,
segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulullah
–Shallallahu 'Alaihi Wasallam- keluarga dan para sahabatnya.
Keterangan
hadits shahih bahwa Jihad sebagai puncak amalan dalam Islam menjadi bukti bahwa
jihad adalah amal kebaikan tertinggi di dalam Islam. Bahkan tidak ada amal yang
keutamaannya bisa menandinginya. Karenanya, saat Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam ditanya perihal amal yang bisa menandingi jihad, beliau menjawab,
"Aku tidak mendapatkannya."
Dari
Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: "Wahai Rasulullah,
Amalan apakah yang (pahalanya) sebanding dengan Jihad fi Sabilillah?” beliau
menjawab, "Kalian tidak akan sanggup mengerjakannya."
Mereka
(para sahabat) mengulangi pertanyaan tersebut dua atau tiga kali, dan jawaban
beliau atas setiap pertanyaan itu sama, "Kalian tidak akan sanggup
mengerjakannya." Kemudian setelah yang ketiga beliau Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda,
مَثَلُ
الْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ الصَّائِمِ الْقَائِمِ الْقَانِتِ
بِآيَاتِ اللَّهِ لَا يَفْتُرُ مِنْ صِيَامٍ وَلَا صَلَاةٍ حَتَّى يَرْجِعَ
الْمُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ تَعَالَى
"Perumpamaan
seorang mujahid Fi Sabilillah adalah seperti orang yang berpuasa yang
mendirikan shalat lagi lama membaca ayat-ayat Allah. Dan dia tidak berhenti
dari puasa dan shalatnya, sehingga seorang mujahid fi sabilillah Ta’ala pulang."
(Muttafaq 'Alaih)
Kematian
di medan jihad (syahid) terhitung sebagai kematian terbaik. Saat nyawa dicabut,
ia tak merasakan sakit kecuali seperti dicubit. Setelah itu Arwah mereka
ditempatkan di surga Firdaus yang tertinggi.
Rasullullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang bersabda kepada Ummu Haritsah binti
Nu’man -putranya gugur di perang badar-ketika dia bertanya kepada beliau
(tentang nasib putranya): “Di mana dia?” Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: ”Sesungguhnya dia ada di surga Firdaus yang tinggi.” (HR. Al Bukhari)
Dalam
Shahih Muslim, dari Masyruq Rahimahullah, berkata: "Kami bertanya
kepada Abdullah tentang ayat ini (QS. Ali Imran: 169)
"Janganlah
kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan
mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.“ (QS. Ali Imran: 169)
Dia
menjawab, "adapun kami telah bertanya tentang hal itu (kepada Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam), lalu beliau menjawab:
"Sesungguhnya
ruh-ruh para syuhada’ itu ada di dalam tembolok burung hijau. Baginya ada
lentera-lentera yang tergantung di 'Arsy. Mereka bebas menikmati surga
sekehendak mereka, kemudian singgah pada lentera-lentera itu. Kemudian Rabb
mereka memperlihatkan diri kepada mereka dengan jelas, lalu bertanya: “Apakah
kalian menginginkan sesuatu?” Mereka menjawab: “Apalagi yang kami inginkan
sedangkan kami bisa menikmati surga dengan sekehendak kami?” Rabb mereka
bertanya seperti itu sebanyak tiga kali. Maka tatkala mereka merasa bahwasanya
mereka harus minta sesuatu, mereka berkata, “Wahai Rabb kami! kami ingin ruh
kami dikembalikan ke jasad-jasad kami sehingga kami dapat berperang di jalan-Mu
sekali lagi. “Maka tatkala Dia melihat bahwasanya mereka tidak mempunyai
keinginan lagi, mereka ditinggalkan.” (HR. Muslim)
Rindu
Medan Jihad
Tidaklah
setiap mukmin yang tahu keutamaan jihad, mati syahid dan kedudukan syuhada’ di
sisi Allah pasti menginginkan ia berada di medan jihad dan gugur sebagai
syahid. Begitulah yang disabdakan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
مَا
مِنْ أَحَدٍ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يُحِبُّ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا وَأَنَّ
لَهُ مَا عَلَى الأَرْضِ مِنْ شَىْءٍ إِلاَّ الشَّهِيدِ فَإِنَّهُ يَتَمَنَّى أَنْ
يَرْجِعَ فَيُقْتَلَ عَشْرَ مَرَّاتٍ لِمَا يَرَى مِنَ الْكَرَامَةِ
“Tidak
ada orang masuk surga lalu ia menginginkan kembali ke dunia padahal ia memiliki
segala sesuatu yang ada di dunia ini, kecuali orang yang mati syahid. Dia
bercita-cita untuk kembali ke dunia kemudian dibunuh, berulang sepuluh kali,
setelah dia melihat besarnya kemuliaan (mati syahid)” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Ibnu
Baththal berkata, “hadits ini adalah keterangan yang paling utama tentang
keutamaan jihad.” Dan tidak ada amal kebaikan dengan resiko kehilangan nyawa
yang selain jihad, karenanya pahalanya sangat besar.
Bahkan,
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sendiri mengaku menginginkan hal
itu,
وَالَّذِى
نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوَدِدْتُ أَنِّى أَغْزُو فِى سَبِيلِ اللَّهِ
فَأُقْتَلُ ثُمَّ أَغْزُو فَأُقْتَلُ ثُمَّ أَغْزُو فَأُقْتَلُ
"Demi
Dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, sungguh aku senang berperang di jalan
Allah lalu terbunuh. Kemudian aku berperang lalu terbunuh. Kemudian aku
berperang lalu terbunuh." (Muttafaq 'Alaih, lafadz milik Imam Muslim.
Dalam redaksi lainnya, "Demi Dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, sungguh
aku senang terbunuh di jalan Allah lalu dihidupkan.")
Beliau
menghinakan orang yang tidak memiliki semangat jihad dan tidak memiliki
keinginan terjun ke medan jihad. [Baca: Salafi Harus Cinta Jihad danMati Syahid]
Dari
Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda
مَنْ
مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ وَلَمْ يُحَدِّثْ بِهِ نَفْسَهُ مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنْ
نِفَاقٍ
"Siapa
yang meninggal sementara ia tidak pernah berperang (berjihad) dan tidak pernah
meniatkan untuknya, maka ia mati di atas cabang kenifakan." (HR.
Muslim)
Sabda
beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang lain tentang orang yang tak mau
berandil dalam jihad sedikitpun,
مَنْ
لَمْ يَغْزُ أَوْ يُجَهِّزْ غَازِياً أَوْ يَخْلُفْ غَازِياً فِى أَهْلِهِ
بِخَيْرٍ أَصَابَهُ اللَّهُ بِقَارِعَةٍ قَبْلَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa
belum pernah berperang, atau memberi bekal orang yang berperang, atau menjaga
keluarga orang yang berperang dengan baik, maka Alloh akan menimpakan
kegoncangan kepadanya sebelum datangnya hari kiamat.” (HR. Abû Dâwud, Ibnu
Majah, Thabrani, Al Baihaqi, Ibnu Abi Ashim dengan sanad Hasan)
Jawaban
imamul mujahidin Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada orang yang ingin
masuk surga tanpa mau berjihad,
لَا
صَدَقَةَ وَلَا جِهَادَ فَبِمَ تَدْخُلُ الْجَنَّةَ ؟
"Tidak
shadaqah dan tidak jihad? Dengan apa engkau masuk surga?" (Imam
al-Hakim berkata: Hadits shahih. Al-Dzahabi menyepakatinya)
Karenanya,
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyemangati para sahabatnya
untuk memiliki andil dalam jihad fi sabilillah sesuai kemampuan dan
kapasitasnya. Sehingga setiap umat Islam tidak tertinggal dari pahala yang
besar.
Dari
Anas Radhiyallahu 'Anhu, bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda:
جَاهِدُوا
اَلْمُشْرِكِينَ بِأَمْوَالِكُمْ, وَأَنْفُسِكُمْ, وَأَلْسِنَتِكُمْ
“Berjihadlah
melawan kaum musyrikin dengan hartamu, jiwamu dan lidahmu." (HR. Ahmad
dan Nasa'i. Hadits shahih menurut Hakim)
Dari
Zaid bin Khalid Radhiyallahu 'Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ
جَهَّزَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَقَدْ غَزَا وَمَنْ خَلَفَ غَازِيًا فِي
سَبِيلِ اللَّهِ بِخَيْرٍ فَقَدْ غَزَا
"Siapa
yang menyiapkan kebutuhan seorang yang berperang fi sabilillah maka sungguh ia
telah ikut berperang. Dan siapa yang mengurus keluarga orang yang berperang fi
sabilillah dengan baik maka sungguh ia telah ikut berperang."
(Muttafaq 'Alaih)
.
. . Rasulullah menyemangati para sahabatnya untuk memiliki andil dalam jihad fi
sabilillah sesuai kemampuan dan kapasitasnya. . .
Makna
ghazwah dalam hadits di atas adalah jihad. Maka orang yang menyiapkan sesuatu
untuk orang yang berperang adalah menyiapkan untuknya apa saja yang dibutuhkan
dalam safar dan perangnya. Apa keutamaan yang didapatkan orang yang menyiapkan
tadi? Dia mendapat pahala jihad atau dicatat untuknya pahala berperang fi
sabilillah walaupun ia tidak ikut berperang karena ia membantu orang yang
sedang berperang fi sabilillah.
Keutamaan
mendapat pahala berjihad juga didapatkan oleh orang yang ikhlas dan amanah
memenuhi kebutuhan keluarga mujahid yang ditinggalkan, berupa memenuhi nafkah
keluarga tersebut, mengobatkan yang sakit, membiayai pendidikan anak-anaknya,
dan semisalnya. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]
Previous article
Next article
Leave Comments
Post a Comment
Anda boleh berkomentar sesuai dengan tema artikel di atas. Lain dari itu, komentar Anda tidak akan dipublikasikan. Terimakasih.