Kasih Ilahi Mengalahkan Murka-Nya
Oleh: Dr. KH. Zakky Mubarak, MA.
Gambar Ilustrasi/ustManatahan.
SALAH satu karunia dan rahmat Allah yang harus kita
syukuri adalah nikmat kemerdekaan yang telah kita peroleh dengan perjuangan
yang berat dan pengorbanan yang besar. Nikmat kemerdekaan merupakan sebagian
dari karunia Allah yang kita rasakan dalam segala kehidupan, dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Nikmat yang mulia itu hendaknya kita isi dengan bekerja
yang sunguh-sungguh dan perjuangan yang tulus, untuk membentuk suatu umat yang
besar dan berkualitas. Dengan demikian, kehadiran bangsa kita di tengah-tengah
kehidupan dunia selalu diperhitungkan bangsa-agsa lain. Kita hendaknya terus
berusaha menjadi suatu umat yang dapat mendarmabaktikan kemampuannya bagi
kesejahteraan dunia secara umum.
Nikmat dan karunia Allah memang sangat agung. Semua
makhluk-Nya dari makhluk yang paling besar sampai yang paling kecil, dari
makhluk nyata sampai makhluk ghaib, semuanya merasakan nikmat dan karunia-Nya.
Agungnya rahmat dan karunia Allah tidak mungkin dapat dihitung atau
diperkirakan, karena keagungan-Nya meliputi segala-galanya.
Bila kita memperhatikan kasih sayang yang ada di dunia
ini, seperti kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, cinta seorang pada
kekasihnya, kasih sayang seorang teman dengan sahabatnya, kasih sayang sesama
hewan dan makhluk lain, bahkan kasih sayang dari makhluk ghaib dan segala kasih
sayang yang ada di dunia ini hanya merupakan bagian kecil saja dari kasih
sayang dan rahmat Allah.
Dalam salah satu hadis yang bersifat metaphoris,
diriwayatkan Muslim. Disebutkan bahwa Allah s.w.t. menciptakan seratus persen
dari nikmat dan kasih sayang. Kasih sayang yang kita jumpai di dunia ini,
merupakan karunia yang terdiri satu persen saja.
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: خَلَقَ
اللهُ مِائَةَ رَحْمَةٍ، فَوَضَعَ وَاحِدَةً بَيْنَ خَلْقِهِ وَخَبَأَ عِنْدَهُ مِائَةً
إِلَّا وَاحِدَةً (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah r.a. menginformasikan: Sesungguhnya
Rasulullah s.a.w. bersabda: Allah menciptakan seratus rahmat (kasih sayang),
maka diberikanlah satu bagian untuk semua makhluk-Nya, dan Sembilan puluh
Sembilan bagian disimpan (di sisi Allah). (HR. Muslim).
Dengan penjelasan itu, kita bisa membayangkan dan
menghayati keagungan dan karunia Allah. Kasih Allah begitu luas, tidak terbatas
dan tidak bertepi. Dalam suatu hadis yang diriwayatkan Muslim, disebutkan bahwa
Allah s.w.t. terus menerima taubat hambaNya meskipun orang itu berbuat dosa
berkali-kali. Dalam akhir hadis lain disebutkan: “..kemudian seorang manusia
berulang kembali berbuat dosa dan ia bertobat seraya berdo’a: “Tuhanku,
ampunilah dosaku,” Tuhan berfirman: “Hambaku berdosa dan ia mengetahui bahwa
ada Tuhan Yang Maha Pengampun yang mengampuni dosa. Sekarang aku ampuni dosa
hamba-Ku...” dalam hadis lain disebutkan Allah s.w.t. tidak akan bosan menerima
taubat hambaNya, sehingga orang itu sendiri yang bosan bertaubat.
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فِيمَا يَحْكِي
عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ، قَالَ: " أَذْنَبَ عَبْدٌ ذَنْبًا، فَقَالَ: اللهُمَّ
اغْفِرْ لِي ذَنْبِي، فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: أَذْنَبَ عَبْدِي ذَنْبًا، فَعَلِمَ
أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ، وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ، ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ،
فَقَالَ: أَيْ رَبِّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي، فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: عَبْدِي أَذْنَبَ
ذَنْبًا، فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ، وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ،
ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ فَقَالَ: أَيْ رَبِّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي، فَقَالَ تَبَارَكَ
وَتَعَالَى: أَذْنَبَ عَبْدِي ذَنْبًا، فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ،
وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ، اعْمَلْ مَا شِئْتَ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكَ (رواه ومسلم)
“Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi s.a.w. sebagaimana ia
menceritakan hal itu dari Tuhannya: “Ada seorang hamba yang berbuat dosa lalu
dia mengatakan: “Ya Allah, ampunilah dosaku. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku
telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Tuhan yang
mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa. Maka Allah mengampuni
dosanya, kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, lalu dia
mengatakan: “Wahai Tuhan, ampunilah dosaku”. Lalu Allah berfirman: “Hamba-Ku
telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Tuhan yang
mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa”. Maka Allah mengampuni
dosanya, kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, lalu dia
mengatakan: “Wahai Tuhan, ampunilah dosaku”.
Lalu Allah berfirman: “Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa
dia memiliki Tuhan yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa.
Berbuatlah sesukamu, sungguh engkau telah diampuni”. (HR. Muslim, No: 2758).
Untuk menjelaskan kepada umatnya agar mudah memahami
ajaran-ajaran Islam, Rasul Muhammad s.a.w. sering mengumpamakan sesuatu dengan
peristiwa yang terjadi sehari-hari. Dengan demikian umat Islam merasakan bahwa
ajaran agamanya adalah wajar, sesuatu yang berada di bumi, bukan berada di
langit atau dalama angan-angan.
Sebagai salah satu contoh mengenai hal itu, baiklah kita
perhatikan pelajaran Nabi s.a.w.: Umar bin Khatab meriwayatkan, bahwa suatu
ketika Nabi dan para sahabatnya mengadakan peninjauan. Kemudian dihadapkan
kepadanya beberapa tawanan perang. Tiba-tiba di antara para tawanan itu ada
seorang wanita yang nampak kebingungan dan amat sedih karena berpisah dengan
anak susuannya dalam suatu peperangan. Wanita itu ditimpa kesedihan yang
sangat, sehingga hampir kehilangan kesadarannya. Setiap ia jumpai anak kecil diangkat
dan dipeluknya kemudian disusui.
Pada saat para shabat menyaksikan peristiwa yang amat
tragis itu, Nabi bertanya kepada mereka: “Apakah kalian mengira bahwa wanita
itu akan mencampakkan anaknya ke dalam api neraka?” para sahabat menjawab:
“Demi Allah, tidak mungkin, mustahil hal itu terjadi, “ Nabi menjelaskan pada
mereka mengenai keagungan kasih Allah, kata Nabi:
الله
أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا (رواه البخاري ومسلم)
“Allah Maha Kasih terhadap hambanya melebihi kasih sayang
ibu itu terhadap anaknya”. (HR. Bukhari, No: 5356 dan Muslim, No: 2754).
Rahmat dan karunia Allah Maha Luas, tidak ada manusia
yang berputus asa terhadap rahmat-Nya, kecuali mereka yang imannya lemah, kalau
tidak bisa dikatakan tidak beriman sama sekali. Dalam hadis Qudsi, Allah
berfirman:
إِنَّ
رَحْمَتِي تَغْلِبُ غَضَبِي (رواه مسلم)
Leave Comments
Post a Comment
Anda boleh berkomentar sesuai dengan tema artikel di atas. Lain dari itu, komentar Anda tidak akan dipublikasikan. Terimakasih.