Terungkap, Raja Baru Inggris Charles III Pelajari Al-Qur’an

Foto: Dari kiri, Pangeran William dari Inggris, Camilla the Queen Consort, dan Raja Charles III selama Dewan Aksesi di Istana St James, London, Sabtu, 10 September 2022, di mana Raja Charles III secara resmi dinyatakan sebagai raja. (Jonathan Brady/Foto Kolam Renang via AP) 

INGGRIS – Raja baru Inggris, Raja Charles III, resmi naik takhta sesaat setelah kematian ibunya, Ratu Elizabeth II. Pria berusia 73 tahun itu telah menjadi sorotan publik selama beberapa dekade karena skandal pernikahannya dengan mendiang Putri Diana.

Meski begitu, raja Inggris yang baru ini juga menarik perhatian karena pandangannya tentang sejumlah masalah budaya dan sosial termasuk perubahan iklim, politik, dan agama. Ia juga memberi perhatian khususnya ke Islam.

Dalam beberapa kesempatan, Charles acapkali mengungkapkan pemikirannya dan secara terbuka berbicara tentang kekagumannya terhadap agama Islam. Hal ini setidaknya dimuat penulis Robert Jobson dalam bukunya "Charles At Seventy: Thoughts, Hopes and Dreams".

Ia mencatat bahwa sang raja mempelajari kitab suci Islam Alquran. Ia bahkan menandatangani surat kepada para pemimpin Muslim dalam bahasa Arab.

Mengutip CNBC Indonesia, dalam pidatonya di Oxford Center for Islamic Studies pada tahun 2010, Charles mengatakan masalah lingkungan dan perubahan iklim berdasarkan pengetahuannya tentang Islam dan Al-Qur'an.

"Ini bukan batasan yang sewenang-wenang, itu adalah batasan yang ditetapkan oleh Tuhan. Jika pemahaman saya tentang Al-Qur'an benar, umat Islam diperintahkan untuk tidak melanggarnya," kata Charles, yang merupakan seorang anggota Gereja Inggris, melansir Al Jazeera, Senin (12/9/2022).

"Kita berbagi planet ini dengan ciptaan lainnya untuk alasan yang sangat bagus - dan artinya, kita tidak dapat hidup sendiri tanpa jaringan kehidupan yang seimbang dan rumit di sekitar kita. Islam selalu mengajarkan ini dan mengabaikan pelajaran itu berarti melanggar kontrak kita dengan Penciptaan," tambahnya, dalam pidato yang sama.

Tak hanya itu, selama kunjungan tahun 2006 ke Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir, Charles mengkritik publikasi kartun Denmark tahun 2005 yang mengejek Nabi Muhammad. Ia menyerukan semua orang untuk menghormati keyakinan orang lain.

Kartun-kartun tersebut dilaporkan menyebabkan perdebatan tentang kebencian anti-Muslim dan batasan kebebasan berbicara di barat. Pada awal bulan suci Ramadhan bulan April lalu, Charles juga mengatakan bahwa setiap orang dapat belajar dari semangat Ramadhan.

"Tidak hanya kedermawanan, tetapi juga pantangan, rasa syukur dan kebersamaan dalam doa yang akan memberikan penghiburan besar bagi banyak orang di seluruh dunia," katanya dalam sebuah pernyataan.

"Kemurahan hati dan keramahan umat Islam yang baik hati tidak berhenti mengejutkan saya dan saya yakin bahwa saat kita memasuki masa yang lebih tidak pasti ... komunitas Muslim akan kembali menjadi sumber amal yang sangat besar di bulan Ramadhan ini."

Charles pun telah lama menganjurkan untuk membawa dunia Muslim dan Barat lebih dekat, di mana ia mengatakan ada banyak kesalahpahaman tentang Islam di Barat. Charles memperingatkan bahwa ekstremisme tidak boleh dilihat sebagai ciri khas Islam.

"Jika ada banyak kesalahpahaman di Barat tentang sifat Islam, ada juga banyak ketidaktahuan tentang hutang budaya dan peradaban kita sendiri kepada dunia Islam. Ini adalah kegagalan yang, menurut saya, berasal dari garis lurus sejarah yang telah kita warisi," katanya dalam pidato pada 1993 silam, yang banyak dikutip di Oxford Center for Islamic Studies. (Red*)
Previous article
Next article

Leave Comments

Post a Comment

Anda boleh berkomentar sesuai dengan tema artikel di atas. Lain dari itu, komentar Anda tidak akan dipublikasikan. Terimakasih.

Ads Atas Artikel

Ads Tengah Artikel 1

Ads Tengah Artikel 2

Ads Bawah Artikel