artikel
kabarislami
kisah
muslimah
Wanita yang Tak Pernah Mendapatkaan Haid
Monday, September 11, 2017
0
Siti Fatimah binti Muhammad lahir pada 20 Jumadil
Akhirah lima tahun sebelum Rasulullah SAW diangkat menjadi Rasul. Dia merupakan
putri keempat Nabi Muhammad dan ibunya Khadijah binti Khuwalid.
Fatimah mendapat julukan Az-Zahra karena dia tidak
pernah haid dan pada saat melahirkan nifasnya hanya sebentar. Dalam kitab
fataawa adz-Dzahiriyyah di kalangan Hanafiyyah disebutkan bahwa:
"Sesungguhnya Fatimah tidak pernah mengalami
haid sama sekali, saat beliau melahirkan pun langsung suci dari nifasnya
setelah sesaat agar tiada terlewatkan salat baginya, karenanya beliau diberi
julukan Az-Zahra".
Aisyah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Ketika aku dalam perjalanan ke langit, aku dimasukkan ke surga, lalu
berhenti di sebuah pohon dari pohon-pohon surga. Aku melihat yang lebih indah
dari pohon yang satu itu, daunnya paling putih, buahnya paling harum. Kemudian,
aku mendapatkan buahnya, lalu aku makan. Buah itu menjadi nuthfah di sulbi-ku.
Setelah aku sampai di bumi, aku berhubungan dengan Khadijah, kemudian ia
mengandung Fatimah. Setelah itu, setiap aku rindu aroma surga, aku menciumi
Fatimah". (Tafsir Ad-Durrul Mantsur tentang surat Al-Isra’: 1; Mustadrak
Ash-Shahihayn 3: 156).
Di antara anak wanita Rasulullah s.a.w, Fathimah
Az-Zahra r.a, merupakan wanita paling utama kedudukannya. Kemuliannya itu
diperoleh sejak menjelang kelahirannya, yang didampingi wanita suci sebagaiman
yang diucapkan oleh Khadijah:
"Pada waktu kelahiran Fartimah r.a, aku meminta
bantuan wanita-wanita Quraish tetanggaku, untuk menolong. Namun mereka menolak
mentah-mentah sambil mengatakan bahwa aku telah menghianati mereka dengan
mendukung Muhammad. Sejenak aku bingung dan terkejut luar biasa ketika melihat
empat orang tinggi besar yang tak kukenal, dengan lingkaran cahaya disekitar
mereka mendekati aku.
Ketika mereka mendapati aku dalam kecemasan salah
seorang dari mereka menyapaku: ‘Wahai Khadijah! Aku adalah Sarah, ibunda Ishhaq
dan tiga orang yang menyapaku adalah Maryam, Ibunda Isa, Asiah, Putri Muzahim,
dan Ummu Kultsum, Saudara perempuan Musa. Kami semua diperintah oleh Allah
untuk mengajarkan ilmu keperawatan kami jika anda bersedia". Sambil
mengatakan hal tersebut, mereka semua duduk di sekelilingku dan memberikan
pelayanan kebidanan sampai putriku Fathimah r.a lahir."
Meningkat usia 5 tahun, beliau telah ditinggal pergi
ibunya. Tidak secara langsung beliau mengantikan tempat ibunya dalm melayani,
membantu dan memebela Rasulullah s.a.w, sehingga beliau mendapat gelar Ummu
Abiha (ibu dari ayahnya). Dan dalam usia yang masih kanak-kanak, beliau juga
telah dihadapkan kepada berbagai macam uji coba. Beliau melihat dan meyaksikan
perlakuan keji kaum kafir Quraish kepada ayahandanya, sehingga seringkali pipi
beliau basah oleh linangan air mata kerana melihat penderitaan yang dialalmi
ayahnya.
Saat Fatimah beranjak dewasa, banyak sahabat-sahabat
dari ayahnya yang hendak melamarnya, antara lain Abu Bakar dan Umar bin
Khattab. Namun, Rasulullah menolak pinangan sahabat-sahabatnya tersebut.
"Saya menunggu keputusan wahyu dalam urusannya (Fatimah)".
Kemudian malaikat Jibril datang untuk mengabarkan
Rasulullah bahwa Allah telah menikahkan Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib. Tak
lama akan kehadiran malaikat Jibril, Ali bin Abi Thalib datang menghadap
Rasulullah untuk meminang Fatimah. Dengan tangan terbuka Nabi Muhammad menerima
Ali bin Abi Thalib sebagai menantunya.
Acara pernikahan putrinya berlangsung dengan
kesederhanaan, karena pada saat itu Ali tidak memiliki sesuatu yang bisa
dijadikan mahar. Ali meminang Fatimah dengan mas kawin sebesar 400 dirham.
Sebelumnya dia menggadaikan baju besinya kepada Utsman bin Affan.
Bersuamikan Ali bin Abi Thalib bukanlah satu
kebanggaan yang menjanjikan kekayaan harta. Karena Ali bin Abi Thalib adalah
salah seorang daripada empat sahabat yang sangat rapat dengan Rasulullah
merupakan sahabat yang sangat miskin berbanding dengan yang lain (Abu Bakar
Shiddiq, Umar bin Khattab dan Ustman bin Affan).
Namun jauh di sanubari Rasulullah tersimpan perasaan
kasih dan sayang yang sangat mendalam terhadap Ali bin Abi Thalib. Rasulullah
pernah bersabda kepada Ali bin Abi Thalib, “Fatimah lebih kucintai daripada
engkau, namun dalam pandanganku engkau lebih mulia daripada dia.” (HR Abu
Hurairah).
Dengan demikian wanita pilihan untuk lelaki pilihan.
Fatimah mewarisi akhlak ibunya Siti Khadijah. Tidak pernah membebani dan
menyakiti suami dengan kata-kata atau sikap. Senantiasa senyum menyambut
kepulangan suami hingga hilang separuh masalah suaminya.***
Dirangkum dari berbagai sumber
*Gambar: Ilustrasi
Previous article
Next article
Leave Comments
Post a Comment
Anda boleh berkomentar sesuai dengan tema artikel di atas. Lain dari itu, komentar Anda tidak akan dipublikasikan. Terimakasih.