#MengenalAjaranIslam
dirosah
Orang Mukmin Tak Mungkin Jadi Pembohong.
Thursday, August 18, 2016
0
Suatu ketika, seorang sahabat bertanya pada Rasulullah,
'Mungkinkah seorang Mukmin itu pengecut?'
'Mungkin,' jawab Rasulullah.
'Mungkinkah seorang Mukmin itu bakhil (kikir)?'
'Mungkin,' lanjut Rasulullah.
'Mungkinkah seorang Mukmin itu pembohong?'
Rasulullah SAW menjawab, 'Tidak!' (HR. Imam Malik dalam Al Muwattha' No. 1913)
Ulama besar dari Universitas Al-Azhar, Kairo, Sayid Sabiq (almarhum) ketika menukilkan hadis ini dalam kitabnya 'Islamuna' menjelaskan bahwa iman dan kebiasaan bohong tidak akan pernah bisa berkumpul dalam hati seorang Mukmin. Rasulullah SAW berwasiat agar umat Islam memiliki sifat jujur dan menjauhi sifat pembohong. Sebab, Islam tidak akan tumbuh dan berdiri kokoh dalam pribadi yang tidak jujur.
Jika Kita baca sejarah pribadi besar Nabi Muhammad SAW, selama 40 tahun beliau menjadi pribadi yang jujur lebih dulu, hingga digelari Al-Amin, baru kemudian diangkat menjadi utusan Allah untuk mengajarkan Islam kepada umat manusia.
Sabda Rasulullah, 'Berpegang-teguhlah dengan kebiasaan berkata benar. Sesungguhnya berkata benar mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkan ke surga. Seseorang yang selalu berkata benar, maka ia akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang benar. Dan, jauhilah kebohongan. Sesungguhnya kebohongan mengantarkan kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan ke neraka. Seseorang yang biasa berbohong, maka ia akan ditulis di sisi Allah sebagai pembohong.' (HR Bukhari-Muslim).
Bohong dengan kata atau perbuatan merupakan salah satu tanda-tanda nifaq (kemunafikan). Islam memandang kebohongan adalah induk dari berbagai dosa dan kerusakan dalam masyarakat. Krisis multidimensi yang melanda negara kita bermuara pada krisis akhlak.
Nabi shallallahu alaihi wasallam, Ketika masih kecil dan sebelum mendapatkan wahyu, beliau sudah mendapat gelar al-Amiin (jujur), al-Sâdiq al-Mashdûq (jujur dan terpercaya). Beliau bahkan berani berkata jujur ketika lingkungan sekitarnya dalam keadaan yang sangat berbudaya dengan kebohongan dan kemunafikan.
Ketika ada seruan da’wah terbuka pada Beliau, Nabi SAW. pergi ke bukit Safa dan menyeru kan dakwah secara terbuka. Apa yang terjadi? Abu Lahab yang namanya tercantum dalam Qur’an hanya berkata “Celaka lah Engkau”. Dia tidak berkata bahwa Nabi berbohong hanya menghujatnya. Karna dia tahu Nabi tidak sedang berbohong hanya yang dia sampaikan tidak sesuai dengan kehendaknya. Inilah kebohongan hati yang mendatangkan laknat Allah.
Meskipun terasa sulit, sifat jujur merupakan keharusan bagi seorang Mukmin. Dan akan menjadi mudah bila kita memiliki tekad yang kuat. Maka niatkanlah mulai sekarang untuk menjadi orang jujur. Mari kita renungi sebuah hadist shahih dibawah ini:
“Jujur mengantarkan kepada kebajikan, sementara kebajikan mengantarkan kepada surga. Orang yang bersikap jujur dan berusaha untuk jujur akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang jujur. Adapun bohong mengantarkan pada kejahatan, sementara kejahatan mengantar pada neraka. Seseorang yang berbohong akan ditulis di sisi Allah sebagai pembohong.” (H.R. Bukhari Muslim). » Bersambung..!
'Mungkinkah seorang Mukmin itu pengecut?'
'Mungkin,' jawab Rasulullah.
'Mungkinkah seorang Mukmin itu bakhil (kikir)?'
'Mungkin,' lanjut Rasulullah.
'Mungkinkah seorang Mukmin itu pembohong?'
Rasulullah SAW menjawab, 'Tidak!' (HR. Imam Malik dalam Al Muwattha' No. 1913)
Ulama besar dari Universitas Al-Azhar, Kairo, Sayid Sabiq (almarhum) ketika menukilkan hadis ini dalam kitabnya 'Islamuna' menjelaskan bahwa iman dan kebiasaan bohong tidak akan pernah bisa berkumpul dalam hati seorang Mukmin. Rasulullah SAW berwasiat agar umat Islam memiliki sifat jujur dan menjauhi sifat pembohong. Sebab, Islam tidak akan tumbuh dan berdiri kokoh dalam pribadi yang tidak jujur.
Jika Kita baca sejarah pribadi besar Nabi Muhammad SAW, selama 40 tahun beliau menjadi pribadi yang jujur lebih dulu, hingga digelari Al-Amin, baru kemudian diangkat menjadi utusan Allah untuk mengajarkan Islam kepada umat manusia.
Sabda Rasulullah, 'Berpegang-teguhlah dengan kebiasaan berkata benar. Sesungguhnya berkata benar mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkan ke surga. Seseorang yang selalu berkata benar, maka ia akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang benar. Dan, jauhilah kebohongan. Sesungguhnya kebohongan mengantarkan kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan ke neraka. Seseorang yang biasa berbohong, maka ia akan ditulis di sisi Allah sebagai pembohong.' (HR Bukhari-Muslim).
Bohong dengan kata atau perbuatan merupakan salah satu tanda-tanda nifaq (kemunafikan). Islam memandang kebohongan adalah induk dari berbagai dosa dan kerusakan dalam masyarakat. Krisis multidimensi yang melanda negara kita bermuara pada krisis akhlak.
Nabi shallallahu alaihi wasallam, Ketika masih kecil dan sebelum mendapatkan wahyu, beliau sudah mendapat gelar al-Amiin (jujur), al-Sâdiq al-Mashdûq (jujur dan terpercaya). Beliau bahkan berani berkata jujur ketika lingkungan sekitarnya dalam keadaan yang sangat berbudaya dengan kebohongan dan kemunafikan.
Ketika ada seruan da’wah terbuka pada Beliau, Nabi SAW. pergi ke bukit Safa dan menyeru kan dakwah secara terbuka. Apa yang terjadi? Abu Lahab yang namanya tercantum dalam Qur’an hanya berkata “Celaka lah Engkau”. Dia tidak berkata bahwa Nabi berbohong hanya menghujatnya. Karna dia tahu Nabi tidak sedang berbohong hanya yang dia sampaikan tidak sesuai dengan kehendaknya. Inilah kebohongan hati yang mendatangkan laknat Allah.
Meskipun terasa sulit, sifat jujur merupakan keharusan bagi seorang Mukmin. Dan akan menjadi mudah bila kita memiliki tekad yang kuat. Maka niatkanlah mulai sekarang untuk menjadi orang jujur. Mari kita renungi sebuah hadist shahih dibawah ini:
“Jujur mengantarkan kepada kebajikan, sementara kebajikan mengantarkan kepada surga. Orang yang bersikap jujur dan berusaha untuk jujur akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang jujur. Adapun bohong mengantarkan pada kejahatan, sementara kejahatan mengantar pada neraka. Seseorang yang berbohong akan ditulis di sisi Allah sebagai pembohong.” (H.R. Bukhari Muslim). » Bersambung..!
Previous article
Next article
Leave Comments
Post a Comment
Anda boleh berkomentar sesuai dengan tema artikel di atas. Lain dari itu, komentar Anda tidak akan dipublikasikan. Terimakasih.