dakwah
dirosah
mutiarakata
Ucapan dah Kata-kata Bijak dari Orang-orang Shaleh
Wednesday, November 18, 2015
0
UMAR BIN
AZIZ :
Orang yang
bertakwa itu dikekang.
Sesungguhnya
syubhat itu pada yang halal.
Kemaafan
yang utama itu adalah ketika berkuasa.
SUFFIAN AS
THAURI :
Tidak ada
ketaatan bagi kedua ibu-bapak pada perkara syubhat.
Sesungguhnya
seorang lelaki itu berharta bila dia zuhud di dunia, dan sesungguhnya seorang
itu adalah fakir bila dia gemar pada dunia.
Menuntut
ilmu lebih utama daripada shalat sunat.
IMAM AS
SYAFIE :
Barangsiapa
menghendaki akhirat wajib baginya ikhlas pada ilmu.
Tidak ada
sesuatu yang lebih indah pada ulama kecuali dengan kefakiran dan mencukupi
dengan apa yang ada serta redha dengan keduanya.
Hendaklah
kamu berilmu pengetahuan sebelum kamu menjadi ketua, sebab sesudah kamu menjadi
ketua, tidak ada jalan lagi bagimu untuk mencari pengetahuan.
Orang yang
berakal itu adalah orang yang akalnya dapat mengawal segala sifat-sifat
mazmumah (sifat keji).
Barangsiapa
yang menyukai bila Allah menutupinya dengan kebaikan maka hendaklah dia
bersangka baik terhadap manusia.
IMAM MALIK :
Ilmu itu
bukanlah dengan membanyakkan riwayat tetapi ilmu itu adalah cahaya yang Allah
letakkan dalam hati.
Apabila
seseorang itu memuji dirinya maka hilanglah cahayanya.
Wajib bagi
orang yang menuntut ilmu untuk memiliki kebesaran, ketenangan dan ketakutan.
IMAM ABU
HANIFAH :
Tidak
sekalipun aku shalat kecuali aku doakan untuk guruku Hammad dan juga mereka
yang pernah mengajarku serta mereka yang pernah aku ajar. (murid-muridnya).
Aku telah 50
tahun bergaul dengan manusia. Tidak kudapati seorangpun yang mengampunkan
kesalahanku. Tidak ada yang menghubungi aku ketika aku memutuskan hubungan
dengannya. Tidak ada yang menutup keaibanku dan aku tidak akan merasa aman
darinya bila dia murka kepadaku. Maka yang lebih mereka bimbangkan adalah
perkara yang besar-besar.
Telah sampai
berita kepadaku, bahwa tidak ada yang lebih mulia daripada seorang alim yang
warak.
IMAM AHMAD :
Jangan kamu
mengambil ilmu dari orang yang mengambil benda dunia di atas ilmunya.
SUFFIAN BIN
UYAINAH :
Dua perkara
yang susah sekali untuk mengobatinya yaitu meninggalkan loba (tamak) untuk
manusia dan mengikhlaskan amal untuk Allah.
Siapa yang
ditambah akalnya maka kuranglah rezekinya.
Zuhud di
dunia itu adalah sabar dan menunggu-nunggu kedatangan mati.
Ilmu itu
jika tidak memberi manfaat padamu maka akan memberi mudarat padamu.
Orang yang
menuntut ilmu tidak akan dianggap sebagai orang yang berakal hingga dia melihat
dirinya lebih hina dari sekalian manusia.
Surat dari
ibu Aisyah r.a untuk Khalifah Muawiyah berbunyi sebagai berikut :
“Aku dengar
Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang mengusahakan keredhaan Allah sampai
manusia kesal kepadanya, ia akan dibantu Allah dalam menghadapi manusia. Dan
siapa yang tidak menghiraukan Allah agar disenangi manusia nasibnya akan
diserahkan Allah pada manusia.”
Oleh itu
tetaplah hati tuan dalam takut pada Allah karena bila tuan takut pada Allah,
Dia akan membantumu terhadap manusia. Tetapi kalau tuan takut pada manusia
mereka tidak akan dapat menolongmu terhadap Allah sedikit pun.”
Khalifah
Umar Ibnu Aziz menasehati gubernur-gubernur di daerah pemerintahannya dengan
perkataan sebagai berikut :
“Kekuasaan
yang ada di tangan saudara-saudara telah memungkinkan kalian untuk menzalimi
rakyat. Bila terasa di hati kalian untuk menzalimi seseorang, ingatlah segera
betapa besarnya kekuasaan Allah atas diri saudara-saudara.”
“Ketahuilah
bahwa satu kejahatan yang anda timpakan pada rakyat lambat laun akan hilang
bekasnya dari mereka tetapi bekasnya akan tetap untuk saudara-saudara dalam
daftar dosa. Ketahuilah pula bahwa Allah SWT membela orang teraniaya terhadap
yang menzaliminya.”
Luqmanul
Hakim menasehati anaknya :
“Wahai
anakku, dampingilah selalu para ulama dan jangan engkau banyak berdebat dengan
mereka agar jangan dibenci oleh mereka.”
“Ambillah
dari dunia sekedar keperluan dan biayakan (belanjakan) kelebihan hasil usahamu
untuk Akhirat. Dunia jangan ditolak semua agar engkau tidak menjadi ‘parasit’
(orang yang menumpang hidup pada orang lain tanpa membalas apa-apa) yang
menyusahkan manusia (orang) lain.”
“Berpuasalah
selalu untuk menundukkan nafsumu, tetapi jangan sampai meletihkan badan
sehingga merusak shalatmu karena shalat lebih utama dari puasa.”
“Janganlah
engkau duduk berteman dengan orang yang bodoh, sombong dan jangan didekati
orang yang bermuka dua.”
Pernah Allah
SWT bertanya kepada Nabi Yaakub a.s. :
“Tahukah
kamu kenapa Kupisahkan engkau dengan puteramu Yusuf?”
“Tidak, ya
Tuhanku,” jawab Nabi Yaakub a.s.
“Yaitu
karena kata-katamu yang mengatakan, “Aku takut karena dia akan dimakan serigala
waktu kamu (saudara-saudara Yusuf) lalai bermain-main”, Kenapa engkau bimbang
pada serigala tetapi tidak menyatakan harapan pada-Ku? Engkau hanya memandang
kelalaian saudara-saudaranya saja tapi engkau tidak memandang perlindungan-Ku
terhadapnya (Yusuf).”
Kemudian
Allah bertanya lagi pada Nabi Yaakub a.s.,
“Tahukah
kamu kenapa Yusuf Aku kembalikan padamu?”
“Tidak, ya
Tuhanku,” jawab Nabi Yaakub a.s.
“Juga karena
kata-katamu, “Semoga Allah akan mengembalikan semua padaku”. Dan karena
kata-katamu, “Pergilah untuk mencari Yusuf dan adiknya dan janganlah kamu
berputus asa.”
Kata Abu
Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:
“Yang paling
awal diseru di hari kiamat adalah orang yang hafal Al Quran dan seorang yang
syahid dalam peperangan serta seorang yang kaya.”
Maka firman
Allah kepada yang hafal Al Quran, “Apakah Aku tidak mengajarmu? Mengajar Al
Quran yang Aku turunkan kepada Rasul-Ku?”
Jawab orang
itu, “Tentu saja ya Tuhanku.”
Dan firman
Allah, “Digunakan untuk apa ilmu yang kau miliki itu?”
Jawabnya,
“Aku amalkan dan aku kaji siang dan malam.”
Firman
Tuhan, “Kamu dusta!”
Demikian
pula para malaikat berkata, “Kamu dusta.”
Firman
Tuhan, “Sebenarnya Kamu hanya ingin menjadi seorang qari maka cukuplah pujian
orang-orang itu sebagai ganjaranmu. Itulah bagianmu.”
Sekarang
giliran orang yang mati di dalam peperangan dihadapkan kepada Tuhan yang Maha
Esa dan Tuhan berfirman,
“Apakah yang
engkau telah lakukan di dunia?”
Jawabnya,
“Saya diperintahkan ikut perang sabil, kemudian perintah itu saya jalankan
sampai saya mati dalam peperangan itu.”
Firman
Allah: “Kamu dusta!”
Demikian pula
para malaikat berkata, “Kamu dusta.”
Firman
Allah, “Sebetulnya kamu ingin dipuji sebagai seorang yang berani (pahlawan).
Cukuplah pujian itu sebagai bagianmu.”
Kemudian
tibalah giliran orang kaya dihadapkan ke hadirat Allah SWT. Firman Allah, “Apakah
engkau tidak diberi kekayaan oleh-Ku? Sehingga engkau tidak memberikan kepada
sesiapapun?”
Jawab orang
kaya, “Tentu saja ya Tuhan, hamba telah diberi kekayaan olehMu.”
Firman
Tuhan,”Dipergunakan untuk apa kekayaan yang Aku berikan padamu itu?”
Jawabnya, “Saya
pergunakan untuk bersilaturrahim dan bersedekah.”
Firman
Tuhan, “Kamu berdusta!”
Demikian
pula para malaikat berkata, “Kamu berdusta.”
Firman
Tuhan, “Sebetulnya kamu ingin dipuji sebagai seorang yang pemurah. Pujian
orang-orang itulah sebagai bagian untukmu.”
“Kemudian
Rasulullah menepuk lututku,” kata Abu Hurairah dan Rasulullah bersabda, “Ya Abu
Hurairah untuk merekalah Api Neraka pertama kali akan dinyalakan.”
Dari Muaz,
Rasulullah SAW bersabda :
“Puji syukur
ke hadrat Allah SWT yang menghendaki agar makhluk-Nya menurut kehendak-Nya,
wahai Muaz!”
Jawabku,
“Ya, Sayidil Mursalin.”
Sabda
Rasulullah SAW, “Sekarang aku akan menceritakan sesuatu kepadamu yang apabila
engkau hafalkan (diambil perhatian) olehmu akan berguna tetapi kalau engkau
lupakan (tidak dipedulikan) olehmu maka kamu tidak akan mempunyai alasan di
hadapan Allah kelak.”
“Hai Muaz,
Allah itu menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dari bumi.
Setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu langit dan tiap-tiap pintu
langit dijaga oleh malaikat penjaga pintu menurut ukuran pintu dan
keagungannya.”
“Maka
malaikat yang memelihara amalan si hamba (malaikat hafazah) akan naik ke langit
membawa amal itu ke langit pertama. Penjaga langit pertama akan berkata kepada
malaikat Hafazah,”Saya penjaga tukang mengumpat. Lemparkan kembali amalan itu
ke muka pemiliknya karena saya diperintahkan untuk tidak menerima amalan tukang
mengumpat”.
“Esoknya,
naik lagi malaikat Hafazah membawa amalan si hamba. Di langit kedua penjaga
pintunya berkata,”Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya sebab dia
beramal karena mengharapkan keduniaan. Allah memerintahkan supaya amalan itu
ditahan jangan sampai lepas ke langit yang lain.”
“Kemudian
naik lagi malaikat Hafazah ke langit ketiga membawa amalan yang sungguh indah.
Penjaga langit ketiga berkata, “Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya
karena dia seorang yang sombong.”
Rasulullah
SAW meneruskan sabdanya, “Berikutnya malaikat Hafazah membawa lagi amalan si
hamba ke langit keempat. Lalu penjaga langit itu berkata,”Lemparkan kembali
amalan itu ke muka pemiliknya. Dia seorang yang ujub. Allah memerintahkan aku
menahan amalan si ujub.”
Seterusnya
amalan si hamba yang lulus ke langit kelima dalam keadaan bercahaya-cahaya
dengan jihad, haji, umrah dan lain-lain. Tetapi di pintu langit penjaganya
berkata,”Itu adalah amalan tukang hasad. Dia sangat benci pada nikmat yang
Allah berikan pada hamba-Nya. Dia tidak redha dengan kehendak Allah. Sebab itu
Allah perintahkan amalannya dilemparkan kembali ke mukanya. Allah tidak terima
amalan pendengki dan hasad.”
Di langit
keenam, penjaga pintu akan berkata,”Saya penjaga rahmat. Saya diperintahkan
untuk melemparkan kembali amalan yang indah itu ke muka pemiliknya karena dia
tidak pernah mengasihi orang lain. Kalau orang dapat musibah dia merasa senang.
Sebab itu amalan itu jangan melintasi langit ini.”
Malaikat
Hafazah naik lagi membawa amalan si hamba yang dapat lepas hingga ke langit
ketujuh. Cahayanya bagaikan kilat, suaranya bergemuruh. Di antara amalan itu
ialah shalat, puasa, sedekah, jihad, warak dan lain-lain.
Tetapi
penjaga pintu langit berkata,”Saya ini penjaga sum’ah (ingin kemasyhuran).
Sesungguhnya si hamba ini ingin termasyhur dalam kelompoknya dan selalu ingin
tinggi di saat berkumpul dengan kawan-kawan yang sebaya dan ingin mendapat
pengaruh dari para pemimpin. Allah memerintahkan padaku agar amalan itu jangan
melintasiku. Tiap-tiap amalan yang tidak bersih karena Allah maka itulah riya’.
Allah tidak akan menerima dan mengabulkan orang-orang yang riya’.”
Kemudian
malaikat Hafazah itu naik lagi dengan membawa amal hamba yakni shalat, puasa,
zakat, haji, umrah, akhlak yang baik dan mulia serta zikir pada Allah. Amalan
itu diiringi malaikat ke langit ketujuh hingga melintasi hijab-hijab dan
sampailah ke hadirat Allah SWT.
Semua
malaikat berdiri di hadapan Allah dan semua menyaksikan amalan itu sebagai
amalan soleh yang betul-betul ikhlas untuk Allah.
Tetapi
firman Tuhan,”Hafazah sekalian, pencatat amal hamba-Ku, Aku adalah pemilik
hatinya dan Aku lebih mengetahui apa yang dimaksudkan oleh hamba-Ku ini dengan
amalannya. Dia tidak ikhlas pada-Ku dengan amalannya. Dia menipu orang lain,
menipu kamu (malaikat Hafazah) tetapi tidak bisa menipu Aku. Aku adalah Maha
Mengetahui.”
“Aku melihat
segala isi hati dan tidak akan terlindung bagi-Ku apa saja yang terlindung.
Pengetahuan-Ku atas apa yang telah terjadi adalah sama dengan pengetahuan-Ku
atas apa yang bakal terjadi.”
“Pengetahuan-Ku
atas orang yang terdahulu adalah sama dengan Pengetahuan-Ku atas orang-orang
yang datang kemudian. Kalau begitu bagaimana hamba-Ku ini menipu Aku dengan
amalannya ini?”
“Laknat-Ku
tetap padanya.”
Dan
ketujuh-tujuh malaikat beserta 3000 malaikat yang mengiringinya pun berkata:
“Ya Tuhan,
dengan demikian tetaplah laknat-Mu dan laknat kami sekalian bagi mereka.”
Dan semua
yang di langit turut berkata,”Tetaplah laknat Allah kepadanya dan laknat orang
yang melaknat.”
Sayidina Muaz
(yang meriwayatkan hadist ini) kemudian menangis terisak-isak dan berkata, “Ya
Rasulullah, bagaimana aku dapat selamat dari apa yang diceritakan ini?”
Sabda
Rasulullah SAW, “Hai Muaz, ikutilah Nabimu dalam soal keyakinan.”
Muaz
bertanya kembali,”Ya, tuan ini Rasulullah sedangkan saya ini hanyalah si Muaz
bin Jabal, bagaimana saya dapat selamat dan bisa lepas dari bahaya tersebut?”
Bersabda
Rasulullah, “Ya begitulah, kalau dalam amalanmu ada kelalaian maka tahanlah
lidahmu jangan sampai memburukkan orang lain. Ingatlah dirimu sendiri pun penuh
dengan aib maka janganlah mengangkat diri dan menekan orang lain.”
“Jangan
riya’ dengan amal supaya amal itu diketahui orang. Jangan termasuk orang yang
mementingkan dunia dengan melupakan akhirat. Kamu jangan berbisik berdua ketika
disebelahmu ada orang lain yang tidak diajak berbisik. Jangan takabur pada
orang lain nanti luput amalanmu dunia dan akhirat dan jangan berkata kasar
dalam suatu majlis dengan maksud supaya orang takut padamu, jangan
mengungkit-ungkit apabila membuat kebaikan, jangan mengoyak perasaan orang lain
dengan mulutmu, karena kelak engkau akan dikoyak-koyak oleh anjing-anjing
neraka jahanam.”
Sebagaimana
firman Allah yang bermaksud,”Di neraka itu ada anjing-anjing yang mengoyak
badan manusia.”
Muaz
berkata, “Ya Rasulullah, siapa yang tahan menanggung penderitaan semacam itu?”
Jawab
Rasulullah SAW, “Muaz, yang kami ceritakan itu akan mudah bagi mereka yang
dimudahkan oleh Allah SWT. Cukuplah untuk menghindari semua itu, kamu
menyayangi orang lain sebagaimana kamu mengasihi dirimu sendiri dan benci bila
sesuatu yang dibenci olehmu terjadi pada orang lain. Kalau begitu kamu akan
selamat dan dirimu pasti akan terhindar dari api neraka.”
Nabi SAW
bersabda :
Allah SWT
berfirman,”Sekurang-kurangnya tindakan-Ku terhadap seorang hamba yang lebih
mengutamakan nafsunya dari berbuat taat kepada-Ku tidak Kuberi padanya
kebahagiaan bermunajat kepada-Ku.”
Sayidina Ali
r.a. berkata :
“Dasar
kekafiran itu dikelilingi oleh empat tiang yaitu kasar hati, buta fikiran,
lalai dan prasangka. Orang berhati kasar akan menghina kebenaran, menunjukan
kejahatan dan mengutuk orang-orang pandai.”
“Buta hati,
lupa zikrullah dan lalai akan menjauhkan diri dari ketetapan Allah, dan orang
yang syak wasangka akan tertipu oleh angan-angan. Sampai akhirnya ia ditimpa
kecewa dan sesal yang tidak berujung karena diperlihatkan oleh Allah hal-hal
yang selama ini tidak difikirkannya.”
Nabi SAW
bersabda:
“Sekurang-kurangnya
(hati) mu mesti berisi keyakinan dan keteguhan dalam bersabar. Siapa yang
mendapatkan kedua hal itu, tidak mengapa baginya bila kadang-kadang lalai dalam
mengerjakan shalat sunat di malam hari dan puasa sunat di siang hari.”
“Orang-orang
sabar dalam keadaan itu lebih disukai. Aku khawatir sepeninggalku dunia akan
terbuka luas di depanmu, lalu masing-masing bersifat nafsi-nafsi,
engkau-engkau, aku-aku dan kamu tidak kenal lagi penduduk langit. Di waktu itu
siapa yang sabar dan ikhlas akan memenangkan pahala yang selengkapnya.”
Firman Allah
: Terjemahannya : Apa yang ada pada kamu akan habis dan apa yang di sisi Allah
akan kekal dan akan Kami beri tambahan pahala pada orang-orang yang sabar dalam
apa yang mereka lakukan. (An Nahl: 96)
Dalam atsar
dari Ibnu Abbas menceritakan ketika Nabi masuk ke suatu perkumpulan kaum Ansar
baginda bertanya :
“Apakah
saudara-saudara telah betul-betul Mukmin?”
Umar lalu
menjawab, “Benar ya Rasulullah.”
Baginda
bertanya lagi, “Apakah ciri-ciri iman, saudara-saudara?”
Hadirin
menjawab, “Kami bersyukur atas kesenangan, bersabar atas cobaan dan redha
menerima ketentuan Tuhan.” Lalu Nabi bersabda, “Memang anda semua Mukmin
sejati, demi Tuhan Kaabah.”
Termaktub
dalam sepucuk surat Khalifah Umar kepada Abu Musa Al Ashaari,
“Hadapilah
sifat sabar dan ketahuilah bahwa sifat sabar itu dua macam, di mana yang satu
lebih afdol dari yang lain. Sabar dalam musibah adalah sifat baik namun lebih
afdal lagi sabar dalam menghindar larangan Allah SWT.
Ketahuilah
bahwa sabar itu berhubungan dengan iman karena kebajikan yang paling utama
adalah takwa dan takwa hanya dapat dicapai dengan sabar.”
Nabi
Sulaiman a.s. pernah dihukum Allah selama 40 hari
Semasa
baginda dihukum, banyak orang berbuat kasar dengannya. Sebab itu saat Nabi
Sulaiman a.s. bebas dan menjadi raja kembali, ada seorang umatnya datang
meminta maaf pada Nabi Sulaiman a.s. Nabi Allah itu menjawab,”Aku tidak
mengumpat tentang apa yang telah kamu lakukan dan tidak lupa pula memuji
sikapmu sekarang. Sesungguhnya semua yang telah terjadi itu adalah perintah
dari langit yang mesti terjadi.”
13. Seorang
ulama salaf berkata
“Setiap
seorang hamba berbuat dosa, bumi tempat ia berdiri meminta keizinan Tuhan untuk
membenamkannya dan langit yang di atas kepalanya memohon izin untuk gugur
menimpanya.”Tetapi Tuhan berfirman pada langit dan bumi itu,
“Tahanlah
bahaya untuk hamba-Ku itu dan beri dia waktu. Mungkin dia bertaubat pada-Ku
lalu Aku ampunkan dan mungkin saja dia menggantikan kerja buruknya dengan
amalan yang baik lalu Aku gantikan dosanya dengan pahala.”
Itulah yang
dimaksudkan dengan firman Allah :
Terjemahannya
: Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi dari terjatuh dan kalau keduanya
terjatuh tiada seorang pun yang akan bisa menahan selain Dia. (Faathir : 41)
Rasulullah
SAW bersabda :
“Ya Tuhanku,
karuniakanlah aku dua mata yang berlinang meneteskan air mata sebelum datang
saat di mana mata menetiskan darah dan gigi menjadi bara.”
Ummul
Mukminin Sayidatina Aisyah bertanya kepada Nabi SAW :
Wahai
Rasulullah, “Apakah ada umatmu yang nanti dapat masuk syurga tanpa hisab?”
Jawab
baginda,”Ada, yaitu orang yang mengenang dosanya lalu dia menangis.”
Yahaya bin
Muaz r.a berkata,
“Malang sekali
nasib keturunan Nabi Adam a.s. Kalau mereka mencemaskan Neraka seperti
mencemaskan kemiskinan tentulah dia akan masuk Syurga.”
Diriwayatkan
:
Seorang Nabi
mengeluh kepada Allah bahwa dia telah menderita lapar dan kekurangan pakaian
selama bertahun-tahun dan pakaiannya hanyalah jubah bulu yang kasar. Lalu Allah
mewahyukan kepadanya,”Wahai hamba-Ku, tidakkah engkau senang hati karena hatimu
telah Aku lindungi dari sikap kafir terhadap-Ku hingga engkau minta pula diberi
keduniaan?”
Sebahagian
ulama’ salaf bermunajat seperti ini :
“Ya Allah,
generasi mana yang tidak membuat kedurhakaan padaMu namun Engkau tetap memberi
rezeki kepada mereka. Sesungguhnya Maha Suci Engkau dan Maha Penyantun. Demi
kemuliaanMu, Engkau didurhakai manusia namun Engkau tetap melimpahkan pemberian
dan rezeki, bagaikan Engkau tidak pandai marah pada mereka, wahai Tuhan kami.
Previous article
Next article
Leave Comments
Post a Comment
Anda boleh berkomentar sesuai dengan tema artikel di atas. Lain dari itu, komentar Anda tidak akan dipublikasikan. Terimakasih.